Donderdag 11 April 2013

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI





HASIL LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI PENANAMAN SALMONELLA SHIGELLA AGAR DAN PEWARNAAN GRAM









                                 







KELOMPOK
Nathan pasiga
E11 / 011.901.205







Fakultas kesehatan masyarakat
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA ANALIS   KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2013


Tanggal Praktikum    : 4 - 7 Februari 2013
Judul Praktikum         : Isolasi dan Identifikasi Shigella
Kelompok                  : Empat (4)
Dasar Teori                 :
SHIGELLA

Shigella adalah bakteri patogen usus yang dikenal sebagai agen penyebab penyakit disentri basiler. Bakteri ini menginfeksi saluran pencernaan dan menyebabkan berbagai gejala, dari diare, kram, muntah, dan mual.
Shigella merupakan penyebab diare disentri yang paling sering pada anak usia 6 bulan sampai 10 tahun di Amerika Serikat dan negara berkembang. Shigella tahan terhadap keasaman lambung dan membutuhkan inokulum yang kecil untuk menyebabkan diare sehingga mudah ditularkan ke orang lain. Penularan terjadi dalam kondisi banyak orang berkumpul dalam satu tempat seperti di penitipan anak, panti asuhan atau tempat penampungan. Rendahnya sanitasi, pasokan air yang buruk, dan fasilitas yang pipa tidak dapat memberi sumbanagan terhadap peningkatan risiko infeksi. Shigella menginvasi dan berproliferasi di dalam epitel kolon. Kemudian menghasilkan suatu toksin dengan efek sekretori dan sitotoksik dan menyebabkan ulkus sehingga tinja mengandung lendir dan darah, secara mikroskopis ditemukan leukosit dan eritrosit.
Pada  tahun 2008 terjadi KLB  di  69 Kecamatan  dengan  jumlah  kasus  8133  orang,  kematian  239  orang  (CFR  2,94%). Tahun  2009  terjadi KLB  di  24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%),  sedangkan tahun 2010  terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73  orang (CFR 1,74 %.). Berdasarkan isolasi penderita diare dari RS Karantina Jakarta pada tahun 1980--1985 spesies terbanyak dari Shigella ialah Sh. Jlexneri (47,1%) lalu menyusul Sh. dysentriae (27.4%).

A.    Taksonomi
Kingdom         : Bacteria
Filum               : Proteobacteria
Kelas               : Gamma proteobacteria
Ordo                : Enterobacteriales
Famili              : Enterobacteriaceae
Genus              : Shigella
Spesies            : Shigella flexneri, Shigella dysenteriae, Shigella boydii dan Shigella sonnei



B.     Struktur antigen
       Shigella mempunyai susunan antigen yang komplek, terdapat tumpang tindih dalam sifat serologik berbagai spesies, dan sebagian besar bakteri ini mempunyai antigen O yang juga dimiliki oleh bakteri enterik lainnya. Antigen somatik O Shigella adalah liposakarida. Kekhususan serologiknya tergantung pada polisakarida. Terdapat lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi Shigella didasarkan pada sifat-sifat biokimia dan antigenic (Nathania, 2008).

C.Klasifikasi

Spesies shigella diklasifikasi menjadi empat serogroup:
  • Serogroup A: S. dysenteriae (12 serotypes)
  • Serogroup B: S. flexneri (6 serotypes)
  • Serogroup C: S. boydii (23 serotypes)
  • Serogroup D: S. sonnei (1 serotype).
Grup A-C secara fisik serupa; S. sonnei (grup D) dapat dibedakan berdasarkan biochemical metabolisme assays. Tiga kelompok Shigella adalah spesies-spesies penyebab penyakit utama : S. flexneri adalah spesies yang  menyumbang 60% dari kasus-kasus di negara-negara berkembang; S. sonnei penyebab 77% kasus di negara maju dan  15%  di negara-negara berkembang, dan S. dysenteriae biasanya merupakan penyebab dari wabah disentri, terutama dalam populasi yang dibatasi seperti kamp pengungsian.




Gambaran bakteri Shigella
D.Gejala

     Gejala Shigella yang paling umum adalah gejala diare, demam, mual, muntah, kram perut, perut kembung, dan sembelit. Kotoran mungkin akan mengandung darah, lendir atau nanah.  Gejala memerlukan waktu  selama satu minggu untuk muncul, tetapi paling sering dimulai dua sampai empat hari setelah proses menelan. Gejala biasanya berlangsung selama beberapa


Shigella dibagi dalam empat serogrup berdasarkan komponen-komponen utama antigen O yaitu:
1.      Grup A: Shigella dysenteriae
2.      Grup B: Shigella flexneri
3.      Grup C: Shigella boydii
4.      Grup D: Shigella sonnei
Setiap serogrup dibagi lagi dalam serotip berdasarkan komponen minor antigen O. sampai saat ini sudah ditemukan 10 serotip Shigella dysenteriae, 6 serotip Shigella flexneri, 15 serotip Shigella boydii, 1 serotip Shigella sonnei.


E.    Toksin
 Shigella sp. dapat menyebabkan penyakit karena bakteri tersebut mampu menghasilkan toxin (racun). Ada 2 macam racun, yaitu:
1.      Endotoksin
             Infeksi hampir selalu terbatas pada saluran pencernaan, invasi ke aliran darah sangat jarang dan sangat menular. Infeksi di usus akut ini adalah disentri basiler/ Shigellosis yang dapat sembuh sendiri. Reaksi peradangan yang hebat tersebut merupakan faktor utama yang membatasi penyakit ini hanya pada usus. Selain itu juga menyebabkan timbulnya gejala klinik berupa demam, nyeri abdomen, tenesmus ani (mulas berkepanjangan tanpa hasil pada hajat besar). Waktu terjadinya autolysis semua bakteri Shigella sp mengeluarkan lipopolisakaridanya yang toksik. Endotoksin mungkin akan menambah iritasi pada dinding usus.

2.      Eksotoksin
Eksotoksin merupakan protein yang antigenik (merangsang produksi antitoksin) dan mematikan hewan percobaan. Aktivitas enterotoksin terutama pada usus halus yang berbeda bila dibandingkan dengan disentri basiler klasik dimana yang terkena adalah usus besar. Sebagai eksotoksin zat ini dapat menimbulkan diare sebagaimana enteroktoksin yang tidak tahan panas.
Pada manusia eksotoksin menghambat absorbsi gula dan asam amino pada usus kecil. Neurotoksin ini juga ikut berperan dalam menyebabkan keparahan penyakit dan sifat infeksi Shigella dysenteriae, serta menimbulkan reaksi susunan saraf pusat (meningismus, koma,).



F.    Sifat biakan
Semua Shigella meragikan glukosa. Bakteri ini tidak meragikan laktosa kecuali Shigella sonei.  Ketidak mampuannya meragikan laktosa membedakan bakteri- bakteri Shigella pada perbenihan diferensial. Bakteri ini membentuk asam dari karbohidrat, tetapi jarang menghasilkan gas. Bakteri ini juga dibagi menjadi bakteri yang meragikan manitol dan yang tidak.
Aerob dan fakultatif anaerob, pH pertumbuhan 6,4 – 7,8 dan suhu pertumbuhan optimum 37oC kecuali Shigella sonnei dapat tumbuh pada suhu 45oC. Sifat biokimia yang khas adalah negatif pada reaksi fermentasi adonitol, tidak membentuk gas pada fermentasi glukosa, tidak membentuk H2S kecuali Shigella flexneri, negatif terhadap sitrat, DNAse, lisin, fenilalanin, sukrosa, urease, VP, manitol, laktosa kecuali Shigella sonei meragi  laktosa secara lambat, manitol, xylosa dan negatif pada tes motilitas.

G.     Patogenitas
 Bakteri tertelan, masuk dan berada di usus halus, menuju ileum terminal dan kolon melekat pada permukaan dan kolon, melekat pada permukaan mukosa, berkembang biak, reaksi peradangan hebat, sel-sel terlepas, timbul Ulkus, terjadi disentri basiler (tinja lembek, bercampur darah, mukus dan pus, nyeri abdomen, mules, tenesmus ani).
Masa inkubasinya adalah 2-4 hari, atau bisa lebih lama sampai 1 minggu. Oleh seseorang yang sehat diperlukan dosis 1000 bakteri Shigella untuk menyebabkan sakit. Penyembuhan spontan dapat terjadi dalam waktu 2-7 hari terutama pada penderita dewasa yang sehat sebelumnya, sedangkan pada penderita yang sangat muda atau tua dan juga pada penderita dengan gizi buruk penyakit ini akan berlangsung lama. Pernah ditemukan terjadinya septicemia pada penderita dengan gizi buruk dan berkhir dengan kematian.

H.     Cara Penularan
 Penyebaran Shigella adalah dari manusia ke manusia lain, dimana karier merupakan reservoir kuman. Dari karier ini Shigella disebarkan oleh lalat, juga melalui tangan yang kotor, makanan yang terkontaminasi, tinja serta barang-barang lain yang terkontaminasi ke orang lain yang sehat.

I.                   Pengobatan

Disentri parah dapat diobati dengan ampicillin, TMP-SMX, atau fluoroquinolones seperti ciprofloxacin dan tentu saja minum air yang banyak.

1.      Penanaman Bakteri SSA hari pertama (1) dengan menggunakan spesimen SS
Alat dan Bahan :
Ø  Oce
Ø  Bunsen
Ø  Spesimen Shigella sebagai bahan untuk d tanam pada Media SSA
Cara kerja
1.      Siapkan Spesimen SS Untuk d tanam pada Media Salmonella Shigella Agar
2.      Kemudian panaskan OCE dan dinginkan
3.      Masukkan OCE  kedalam Spesimen SS
4.      Oce yang telah tersentuh spesimen SS ditanam pada Media SSA dengan mebentuk Sig-Sag
5.      Kemudian Inkubasi pada suhu 370C, Selama 24 jam.


Hasil Penanaman Bakteri SS Hari kedua (2)











                    

Pengamatan :
Ø  Warna Kloni    : Putih Jernih, Transparan
Ø  Permukaan Kloni         : Cembung
Ø  Pinggir Kloni    : Bulat Rata
Ø  Ukuran Kloni   : Sedang Sampai besar

2.       Penanaman Media SSA pada  Kigler Iron Agar (KIA) hari ke dua (2)

Alat dan Bahan :
Ø  Nal
Ø  Bunsen
Ø  Media SSA Hari ke 2


Cara kerja :
1)      Siapkan Media SSA yang sudah ditanami spesimen SS
2)      Kemdian panaskan nal dengan menggunakan api bunsen dan dinginkan
3)      Kemudian Anbil bakterinya pada media SSA dengan menggunakan Nal
4)      Kemudian di tanam Pada Media KIA dengan menbentuk sig-sag dari Ujun dalam sampai kepermukaan kemudian di tusuk sampai kedasar tabun
5)      Dan Inkubasi pada suhu 370C, selama 24 jam.

Hasil Penanaman KIA Hari Ke Tiga (3)











Pengamatan :
Ø  Sleng/Lereng               : Merah Alkali
Ø  Batton/ Dasar             : Kuning (Acid)
Ø  Gas                              : Negatif
Ø  H2s                              : Negatif









3.      Penanaman Media KIA SS Hari ke tiga (3) pada Tes Biokimia


Alat dan bahan :
Alat :
Ø  Nal
Ø  OCE
Ø  Bunsen

    Bahan :                                          
Ø  Urea                                    
Ø  Simon Citrat                                  
Ø  Motilty Indol Ornithin (MIO)        
Ø  Methil Red                                    
Ø  Vopeges  Proskauer                      
Ø  Lysin Iron Agar (LIA)
Ø  Glukosa
Ø  Laktosa
Ø  Sukrosa
Ø  Maltose
Ø  Malonet
Ø  Manitol





Cara Kerja :
1)      Siapkan Media Media KIA (SS)
2)      Kemudia ditanam pada  Urea Agar  dengan  bentuk sig-sag pada bagian Leren dengan menggunakan Oce
3)      Tanam pada Simon Citrat  dengan bentuk sig – sag dengan mnggunakan  Oce
4)      Tanam pada MIO dengan menggunakan Nal dan kemudian di tusuk dengan Nal sampai ke dasar tabun
5)      Tanam pada VP dengan menggunakan Oce pada bagian permukaan dengan cara memutar.
6)      Tanam pada LIA dengan bentuk sig-sag  dan tusuk dengan menggunakan Nal
7)      Tanam pada Malonet dengan menggunakan Oce pada bagian permukaan dengan memutar
8)      Tanam Pada Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Maltosa,Mannitol, dengan menggunakan Oce pada bagian permukaan dengan memutar
9)      Kemudian Inkubasi selama 24 jam.

Gambar Tes Biokimia sebelum penanaman Bakteri SS dengn (KIA)













4 .Hari Ke empat (4) penanaman bakteri Terhadap Tes Biokimia
Pengamatan / Hasil penanaman.






1.      Urea Agar Negetif (-) karna tidak terjadi Warna Merah lembayung (pink)


2.      Simon Citrat Positif (+) terjadi warna Biru


3.      Mio positif (+) terjadi kekeruhan pada tusukan kemudian terjadi cincin merah lembayung setelah penambahan larutan kopacs dan terjadi warna ungu.
4.      MR positif (+) Terjadi warna merah setelah penambahan reagen Methi Red.

5.      VP  Negatif (-) tidak terdapat cincin warna merah lembayun setelah penambahan NaOH dan Alpa naptol
6.      LIA Positif (+)terjadi warna Ungu

7.      Malonet Negatif dan tidak terjadi warna biru.


8.      Laktosa, Sukrosa, Maltosa, Manitol Positif (+) karena  terdapat warna kuning pada permukaan larutan Gula – gula.






9.      Glukosa  Positif (+) terbentuk gas pada sisi dalam larutan Glukosa.











ISOLASI DAN IDDENTIFIKASI  Shigella

 Sampel : rectal swab/Feses


Manitol  Selenit  Broth  (MSB), sebagai media
pemupuk ( Enrichmen Medium), inkubasi pada             
suhu 37o C, selama 24 jam.                                                              
                                                                                                         


Salmonella  Shigella Agar (SSA)
Diinkubasi pada suhu 37oC, selama 24 jam
Pengamatan :                                                                                     
Ø  Warna Kloni                     : Putih, jernih, transparan                   Cat Gram pengamatan :
Ø  Permukaan Kloni              : cembung                                           Basil Gram Negatif
Ø  Pinggir Kloni                     : Bulat rata
Ø  Ukuran Kloni                    : Sedan sampai besar

 





Kigler Iron Agar (KIA)/ Triple Sugar  Agar (TSIA)
Di inkubasi pada suhu 370 C, selama 24 jam
Pengamatan :
Ø  Sleng / Leren                    : Merah (Alkali)
Ø  Batton / Dasar                 : kuning (Acid)
Ø  Gas                                   : Negatif
Ø  H2S                                    : Negatif

 


Tes biokimia

Urea                                                               Glukosa
Simon Citrat                                                   Laktosa
Motility Indol Ornithin                                   Sukrosa
Methil Red                                                     Maltosa
Lysin Iron Agar (LIA)                                      Manitol
 Inkubasi pada suhu 37oC, selama 24 jam.
Pengamatan : Cocokkan dalam Tabel 3
 

Tes Serologi :

Untuk menentukan type dari Salmonella dengan menggunakan anti sera Shigella A,C,D, dan secara aglutinasi


 







                   Tabel 3 Tes Biokimia Singkat dari Shigella spesies


                                                                                                                         Hasil
                                                                                                                                








PEWARNAAN GRAM


A.Pra Analitik Pewarnaan Gram

Alat dan Bahan :
Alat :
Ø  Objek gelas
Ø  Bunsen
Ø  Pipet tetes
Ø  Rak pewarna
Ø  Oce
Ø  Mikroskop/oil Imerci

Bahan :
Ø  Media SS
Ø  NaCl
Ø  Karbon gentian violet
Ø  Lugol
Ø  Alkohol 96%
Ø  Aquadest
Ø  Fuchsin



B.Analitik

Cara kerja pembuatan pereparat :
1)      Siapkan Alat dan Bahan
2)      Siapkan Media Kigler Iron Agar (KIA)
3)      Fiksasi objek gelas sebagi tempat pembuata preparat sebagi bahan pemeriksaan
4)      Tetesi NaCl pada objek gelas untuk pembuatan preparat dari sediaan padat yang encerkan dengan NaCl.
5)      Penbuatan preparat berukuran 3 X 4 tidak boleh terllu tipis dan tidak boleh terllu Tebal
6)      Diamkan/ keringkan pada suhu ruangan
7)      Dan Letakkan pada rak pewarna Untuk dilakukan pewarnaan gram

Cara Kerja pewarnaan Gram :
1)      Sedian yang telah difiksasi dan dingin, dicat dengan larutan karbon gentian violet/ kristal violet selama 1-3 menit
2)      Zat warna dibuang dan diganti dengan larutan lugol selama 1 menit
3)      Larutan Zat Warna dibuang dan sediaan dicuci dengan alkohol 96% sampai semua  zat warna keluar.
4)      Sediaan dicuci dengan air
5)      Sediaan ducuci dengan larutan fuchsin selama 30 detik
6)      Sediaan dikeringkan dan dibilas dengan akuadest, kemudian diperiksa pada mikroskop denga memakai lensa Emersi (lensa Objektif  100X)
7)      Diperiksa minimal 100 Lapangan padan, dilaporkan dalam bentuk sifat bakteri terhadap pengecatan gram serta jumlah bakteri secara semi kuantitatif.
Negatif (-)       : Tidak ditemukan Bakteri
Positif  (+)       : Kuman Gram positif Berwarna UNGU
Kuman Gram negatif Berwarna MERAH




Gambar pada pewarnaan gram


Karbon Gentian Violet

 Larutan Lugol
 Karbon Fuchsin

 Sediaan yang telah di warnai

                                                                                            


Pengamatan pada Pewarnaan Gram Shigella gram Negatif di mikroskop dengn pembesaran 100X

                                                                                             
Lensa 100X                                                           Gambar Shigella   














C.Pasca Analitik :
Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara kuman Gram positif dan Kuman Gram Negatif.

NO

GARAM POSITIF
GRAM NEGATIF
1
Dindin Sel



 Lapisan Peptidoglikan
Lebih Tebal
Lebih Tipis

Kadar Lipid
1 - 4 %
11 - 22 %
2
Resistensi Terhadap alkali (1% KOH)
Tidak Larut
Lebih Peka
3
Kepekaan Terhadap Yodium
Lebih peka
Endotoksin
4
Toksin Yang dibentuk
Endotoksin
Endotoksin
5
Sifat tahan asam
Ada yang tahan asam
Tidak ada tahan asam






Kelompok 3
LAPORAN PRAKTIKUM
Tanggal Praktikum    : 4-7 Februari 2013
Judul Praktikum         : Isolasi dan Identifikasi Staphylococcus aureus
Dasar Teori                 :
Tinjauan Umum Staphylococcus
Staphylococcus berasal dari kata staphylos berarti kelompok buah anggur dan coccus berarti bulat.Kuman ini sering ditemukan sebagai flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia.Pada tahun 1880; Pasteur mengenal mengisolir micrococcu yang membentuk kelompok.Pada tahun 1881; Oyston berhasil mengisolir micrococci dari abces. Pada tahun 1884; Rosenbach untuk pertama kalinya mempelajari Staphylococcus secara mendalam sehingga berhasil mengenal varietas aureus, albus dari micrococcus pyogenes.
Klasifikasi Staphylococcus (www.wikipedia.org)
Kingdom         :  monera
Divisio             :  Firmicutes
Class                :  Bacilli
Order               :  Bacillales
Family             :  Sthapylococcacae
Genus              :  Staphyloccocus
Spesies            : Staphylococcus aureus
                               Staphylococcus citerus
                               Staphylococcus albus
                               Staphylococcus epidermidis
                               Staphylococcus saprophyticus
Morfologi
Bentuk: bulat, ukuran 1 mikron. Tidak membentuk spora. Tidak mempunyai flagela. Letak sel satu sama lain yang karakteristik bergerombol seperti buah anggur. Sifat karakteristik ini dipakai sebagai pemberian nama Staphylococcus. Tetapi kadang-kadang ada yang letaknya tersebar atau terpencar. Pengelompokan ini akan terlihat baik pada pengamatan penanaman dalam media padat. Pasangan atau rantai pendek lebih sering terlihat dalam smear nanah dan kultur dalam kaldu. Sifat pewarnaan: pada kultur muda bersifat Gram (+), sedang pada kultur tua bersifat Gram (-).
Koloni micrococci tumbuh cepat pada media agar pada suhu normal (370), dan biasanya bergaris tengah 1-2 mm setelah inkubasi 24 jam. Koloni tadi halus, basah, menonjol dengan tepi bulat dan berwarna, yaitu pada varietas albus berwarna putih, varietas citreus berwarna kuning jernih dan varietas aureus berwarna kuning emas.
Fisiologi dan morfologi
Micrococci tumbuh paling baik pada suhu 220 – 370. Umumnya dapat tumbuh dalam lingkungan aerob maupun anaerob. Produksi warna terlihat baik pada situasi aerob dan  terlihat paling baik pada kultur yang tumbuh pada suhu rendah. Produksi toksin pada semua strain terlihat pada penanaman dalam media sederhana yang berisi asam-asam amino, garam glukosa dan faktor pertumbuhan yaitu thiamin dan asam nicotinat. Dalam garis besarnya strain aureus lebih aktif metabolismenya dari pada strain albus. Dalam media kaldu yang berisi dekstrosa, sukrosa, maltosa, dan manitol akan terjadi pemecahan karbohidrat menjadi asam tanpa gas.
Patogenitas
Staphylococcus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang bersifat poogenik. Untuk pembuatan kultur dapat diambil bahan dari pernanahan kecil, bisul kecil, bisul besar, dan abces diberbagai bagian tubuh. Bakteri ini dapat masuk ke dalam kulit melalui folikel-folikel rambut, muara kelenjar keringat dan luka-luka kecil. Kemampuan yang menyebabkan penyakit dari staphylococcus adalah gabungan dari efek yang ditimbulkan oleh produk-produk ekstraseluler, daya infasi kuman dan kemampuan untuk berkembang biak.
Staphylococcus patogen mempunyai sifat sebagai berikut:
-        Dapat menghemolisa eritrosit
-        Menghasilkan koagulasi’dapat membentuk pigmen (kuning keemasan)
-        Dapat memecah manitol menjadi asam
Diantara staphylococcus yang mempunyai kemampuan besar untuk menimbulkan penyakit ialah Staphylococcus aureus.
Staphylococcus nonpatogen bersifat:
-        Non hemolitik
-        Tidak menghasilkan koagulasi
-        Koloni berwarna putih
-        Tidak memecah manitol
Infeksi yang ditimbulkan oleh Staphylococcus dapat meluas ke jaringan sekitarnya, perluasannya dapat melalui darah atau limfe, sehingga pernanahan disitu bersifat menahun, misalnya sampai pada sumsum sehingga terjadi radang sumsum tulang (osteomyelitis). Perluasan ini dapat sampai ke paru-paru, selaput otak dan sebagainya.
Toksin dan Enzim
 Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit karena kemampuannya berkembang biak dan menyebarluas dalam jaringan tubuh serta adanya beberapa zat yang dapat diproduksi olehnya, zat tersebut ialah:
1.    Eksotoksin
Bahan ini dapat diketemukan di dalam filtrat hasil pemisahan dari kuman dengan jalan menyaring kultur.
Bahan ini bersifat tidak tahan pemanasan dan bila disuntikkan kepada hewan percobaan dapat menimbulkan kematian dan nekrose kulit.
Eksotoksin ini mengandung hemolisin, yang dikenal dalam beberapa jenis:
Alfa hemolisin       : ialah putih telur yang dapat menghancurkan eritrosit kelinci dan dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah.
Beta hemolisin      : ialah suatu putih telur yang dapat menghancurkan eritrosit kambing (tetapi tidak pada eritrosit kelinci) dalam 1 jam pada suhu 37o
Gama hemolisin    : bersifat antigen.
Eksotoksin ini bila ditambah formalin akan kehilangan sifat toksinnya dan terbentuk toksoid yang dapat digunakan untuk imunisasi, walaupun akhirnya tidak dipakai karena nilai imunitasnya tidak ternilai.
2.    Leukosidin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh Staphylococcus yang bersifat membinasakan atau mematikan leukosit dari berbagai macam spesies binatang. Leukosidin juga suatu antigen tetapi lebih termolabil daripada eksotoksin.
3.    Enterotoksin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh jenis Staphylococcus tertentu, terutama bila ditanam pada media setengah padat dengan konsentrasi CO2 yang tinggi (30 %).

Sifat-sifat enterotoksin:
-        Bersifat antigen
-        Termostabil, tidak mengalami perubahan pada perebusan selama 30 menit.
-        Merupakan salah satu penyebab gejala keracunan makanan dengan gejala berupa: lesu, kejang perut, berak-berak (diare), muntah-muntah, yang terjadi 1-6 jam setelah makan makanan yang mengandung enterotoksin.
4.    Koagulase
Yaitu suspensi seperti enzim yang terdiri atas putih telur yang dapat mengendapkan plasma sitrat atau plasma oksalat. Staphylococcus patogen kebanyakan menghasilkan bahan ini.
5.    Lain-lain produk ekstra seluler dari Staphylococcus :
-        Stafilokinase yang dapat dengan lambat melarutkan fibrin seperti streptokinase.
-        Penisilinase, yang dapat merusak penisilin G.
-        Hialuronidase
-        Proteinase
-        Lipase
Pemeriksaan Laboratoris
Untuk pemeriksaan staphylococcus secara laboratorium dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara.
Bahan pemeriksaannya dapat berupa:
-        Nanah
-        Darah
-        Cairan otak
-        Usapan luka
Cara pemeriksaan
1.    Pemeriksaan langsung
Dari bahan dibuat sediaan/preparat, kemudian diadakan pewarnaan. Dapat dipakai zat warna sederhana, tetapi lebih baik dengan zat warna Gram. Umumnya bersifat gram positif. Secara mikroskopis tidak dapat dibedakan antara staphylococcus patogen dan yang non patogen.
2.    Penanaman
Kalau ditanam pada media agar darah selama 18 jam suhu 37O C akan tumbuh koloni. Untuk melihat ada tidaknya hemolisin, atau terbentuknya pigmen. Pengeraman harus lebih lama lagi. Pada infeksi campuran penanaman pada media ditambah 75 % NaCl agar flora lain sukar tumbuh.
3.    Tes Koagulase
Plasma sitrat yang telah diencerkan 1:5 dicampur dengan pertumbuhan Staphylococcus dalam media cair dalam jumlah yang sama. Kemudian ditunggu selama 3 jam, apabila terjadi perjendelan berarti bahwa Staphylococcus tersebut menghasilkan koagulase. Semua staphylococcus aureus yang tes koagulase positif adalah bersifat patogen terhadap manusia, kecuali staphylococcus albus yang dapat menyebabkan endocarditis (radang selaput dalam jantung).
4.    Tes Manitol
Staphylococcus ditanam pada media cair (air pepton) + 5 % manitol + phenol merah (sebagai indikator). Setelah dieramkan 18-24 jam akan terjadi perubahan warna menjadi kuning; karena terbentuk asam.
Pengobatan
Obat-obatan antibiotika mempunyai khasiat yang baik terhadap staphylococcus secara invitro. Tetapi secara invivo sering obat tersebut tidak dapat menerobos dinding fibrin untuk mencapai daerah pusat infeksi. Oleh karena itu dalam pengobatan disamping pemberian obat perlu adanya drainase (pengaliran) atau insisi (penyedotan).
Epidemi dan pengawasan
Sumber infeksi staphylococcus adalah kulit, saluran pernafasan, hasil muntahan. Infeksi staphylococcus di rumah sakit lebih membahayakan, sebab staphylococcus yang berasal dari petugas rumah sakit, dan para penderita biasanya sudah kebal (resisten) terhadap beberapa antibiotika. Kebersihan dan pengaturan pencegahan infeksi yang baik akan mengurangi meluasnya infeksi ini. Kamar bersalin, kamar operasi harus dijaga kemungkinan adanya kuman ini dengan pemberian desinfektan secara teratur serta penyinaran.
Alat dan Bahan :


Bahan Media :


a)    Media BA
b)    Urea
c)    LIA
d)    Laktosa
e)    Sukrosa
f)     Glukosa
g)    Simon Citrat
h)   MIO
i)     Mr
j)      VP
k)    Pewarnaan Gram
l)     Manitol
m)  Maltosa
n)   Malonet
o)    Media KIA
p)    Staphylococcus


Alat :
a)    Ose / nal
b)    Bunsen
c)    Inkubator
d)    Rak Tabung
Cara Kerja :
Hari ke-1
1.    Siapkan alat dan bahan
2.    Ambil spesimen bakteri dengan ose yang telah difiksasi kemudian tanam pada media BA dengan cara siksak.
3.    Simpan di inkubator pada suhu 370C selama 24 jam.
Hari ke- 2
1.    Ambil media bakteri yang telah tumbuh dari inkubator
2.    Sterilisasikan nal kemudian ambil media KIA
3.    Setelah nal dingin, ambil koloni bakteri yang sendiri tanam pada media KIA yang telah sediakan dengan cara sigsag.
4.    Simpan kembali pada inkubator pada suhu 37 C selama 24 jam
5.    Ambil koloni pada media KIA kemudian buat sediaan preparat kemudian lakukan pengecatan gram dan lihat dimikroskop.
Hari ke- 3
1.    Siapkan media tes biokimia
2.    Ambil media KIA yang bakterinya telah tumbuh dari inkubator
3.    Fiksasi ose / nal,setelah dingin ambil media urea agar kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media urea agar dengan cara sigsag.
4.    Fiksasi ose / nal,Setelah dingin ambil media Simon Citrat kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Simon Citrat dengan cara sigsag.
5.    Fiksasi ose / nal,setelah dingin ambil media MIO kemudian ambil baktri pada medi KIA kemudian tanam pada media MIO dengan cara menusuk hingga dasar tabung.
6.    Fiksasi  ose,setelah dingin ambil media MR kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media MR dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
7.    Fiksasi ose,setelah dingin ambil media VP kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media VP dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
8.    Fiksasi nal,Setelah dingin ambil media LIA kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media LIA dengan cara sigsag dari dalam ke luar kemudian tusuk hingga dasar tabung.
9.    Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Glukosa kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Glukosa dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
10. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Laktosa kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Laktosa dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
11. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Sukrosa kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Sukrosa dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
12. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Maltosa kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Maltosa dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
13. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Manitol kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Manitol dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
14. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Malonet kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Malonet dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
15. Kemudian simpan di inkubator pada suhu 37C selama 24 jam.

Hari ke- 4
1.    Baca hasil pemeriksaan tes biokimia.
Media Test
Hasil Reaksi/Spesimen Bakteri
KIA/TSIA
Acid/Acid, Gas : Negatif, H2S : Negatif
Staphylococcus aureus
Staphylococcus epidermidis
Urea Agar
+
-
Simon Citrat
-
-
MIO
+,-,-
+,-,-
Methil Red
-
-
Voges Prokauer
-
-
Lysin Iron Agar
-
-
Glukosa
+
+
Laktosa
+
-
Sucrosa
+
+
Maltosa
+
+
Manitol
+
+
Malonet
-
-

Gambar Hasil.
Koloni Pada Media BA (Blood Agar)
Warna Koloni             : kelabu, keruh, betha homolysis
Permukaan bakteri    : cembung
Pinggir koloni             : bulat rata
Ukuran koloni            : sedang sampai besar

Media KIA
Media KIA yang telah ditumbuhi Bakteri Staphylococcus
Sleng/Lereng    : Acid (kuning)
Battom/Dasar    : Acid (kuning)
Gas                     : negatif
H2S                     : negatif





Karbon Gentian Violet

 Larutan Lugol
 Karbon Fuchsin

 Sediaan yang telah di warnai

Bakteri Staphylococcus Aureus berwarna merah

Media Urea Agar, Simon Citrat, MIO, MR, VP, LIA

Media Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Maltosa, Manitol, Malonet
Hasil pada Media Urea Agar, Simon Citrat, MIO, MR, VP, LIA

Hasil pada Media Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Maltosa, Manitol, Malonet












Kelompok 2

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking