BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok semua
makhluk hidup. Tanpa air, manusia tidak akan bertahan hidup lama. Air alam
mengandung berbagai jenis zat, baik yang larut maupun yang tidak larut serta
mengandung mikroorganisme. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau.
Air merupakan unsur penting utama
bagi hidup kita di planet bumi ini. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern kita,
air juga merupakan hal utama untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit
tenaga listrik, dan transportasi. Air sangat penting di dalam mendukung
kehidupan manusia, air juga mempunyai potensi yang sangat besar jika air
tersebut tercemar, dalam menularkan atau mentransmisikan berbagai penyakit (
Anwar Daud, 2007). Air merupakan sumberdaya yang paling penting dalam kehidupan
manusia maupun makhluk hidup lainnya. Meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan
pembangunan telah mengakibatkan kebutuhan akan air meningkat tajam. Di lain
pihak, ketersediaan air dirasa semakin terbatas bahkan di beberapa tempat sudah
terjadi kekeringan. Hal itu semua terjadi sebagai akibat dari kualitas
lingkungan hidup yang menurun, seperti pencemaran, penggundulan hutan,
berubahnya tata guna lahan, dan lain-lain.
Sumber-sumber air yang ada di bumi
antara lain adalah air atmosfer, air permukaan, air laun dan air tanah. Air
merupakan suatu sarana utama dalam meningkatkan derajat kesehatan. Jika
kandungan bahan-bahan dalam air tersebut tidak mengganggu kesehatan, air
dianggap bersih dan layak untuk diminum, air dikatakan tercemar jika terdapat
gangguan terhadap kualitas air sehingga air tersebut tidak dapat digunakan
untuk tujuan penggunaannya. Pencemaran air dapat terjadi karena masuknya
makhluk hidup, zat, dan energi terdalam air oleh kegiatan manusia. Keadaan itu
dapat menurunkan kualitas air sampai ke tingkat tertentu dan membuat air tidak
berfungsi lagi sebagaimana mestinya (Mifbahuddin, 2010).
Air merupakan pelarut penting, yang
memiliki kemampuan yang dapat melarutkan zat-zat kimia lainnya, seperti
garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan dan banyak macam molekul
organik. Bahan-bahan mineral yang dapat terkandung dalam air adalah CaCO3,
MgCO3, CaSO4, MgSO4, NaCl, Na2SO4,
SiO2 dan sebagainya. Dimana air yang banyak mengandung ion-ion
kalsium dan magnesium dikenal sebagai air sadah.
Air sadah adalah air yang di
dalamnya terlarut garam-garam kalsium dan magnesium, air sadah tidak baik untuk
mencuci karena ion-ion Ca2+ dan Mg2+ akan berikatan
dengan sisa asam karbohidrat pada sabun dan membentuk endapan sehingga sabun
tidak berbuih. Senyawa-senyawa kalsium dan magnesium ini relatif sukar larut
dalam air, sehingga senyawa-senyawa ini cenderung untuk memisah dari larutan
dalam bentuk endapan atau precipitation yang kemudian melekat pada logam
(wadah) dan menjadi keras (Bintoro, 2008 dalam Ginoest, 2010).
Air sadah dapat menyebabkan
terbentuknya kerak pada dasar ketel yang selalu digunakan untuk memanaskan air. Sehingga
untuk memanaskan air tersebut diperlukan pemanasan yang lebih lama. Hal ini
merupakan pemborosan energi. Timbulnya kerak pada pipa uap dapat menyebabkan
penyumbatan sehingga dikhawatirkan pipa tersebut akan meledak, dan jika terjadi
peledakan akan dapat menyebabkan polusi udara yang bisa menurunkan kualitas
lingkungan dan lingkungan tidak bisa berfungsi sebagai mana mestinya. Untuk itu
perlu dilakukan pengujian kesadahan. Manfaat penentuan atau pengujian kesadahan
adalah untuk mengetahui tingkat kesadahan air, dan untuk dapat menentukan
kesadahan digunakan metode Titrasi EDTA ( Ethylene Diamene Tetra Asetat).
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
rumusan masalah yang diangkat adalah:
1. Berapa
tingkat kesadahan total air sampel yang diteliti?
2. Berapa kadar
Ca dalam air yang diteliti?
3. Berapa kadar
Mg dalam air yang diteliti?
4. Apakah air
sampel yang diteliti layak dikonsumsi?
C. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui tingkat kesadahan total air yang diteliti.
2.
Untuk
mengetahui kadar Ca dalam air yang diteliti.
3.
Untuk
mengetahui kadar Mg dalam air yang diteliti.
4.
Untuk
mengetahui kelayakan konsumsi air yang diteliti.
D.
MANFAAT PERCOBAAN
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah dapat
mengetahui kadar air yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan mengetahui
ambang batas air yang sehat di gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KESADAHAN
A.
Pengertian Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah
atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan
air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan
magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun
garam-garam bikarbonat dan sulfat (Wikipedia,
2011).
Kesadahan merupakan petunjuk
kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air
berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan
sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Penyebab
air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+.
Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal
(logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam
sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil (O-fish, 2003).
Air yang banyak mengandung mineral
kalsium dan magnesium dikenal sebagai “air sadah”, atau air yang sukar untuk
dipakai mencuci. Senyawa kalsium dan magnesium bereaksi dengan sabun membentuk
endapan dan mencegah terjadinya busa dalam air. Oleh karena senyawa-senyawa
kalsium dan magnesium relatif sukar larut dalam air, maka senyawa-senyawa itu
cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau presipitat yang
akhirnya menjadi kerak.
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk
diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral,
yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan
sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk
gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat
untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan
berbagai zat kimia (Wikipedia, 2011).
Karena penyebab
dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya
Ca2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat/karakteristik
air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+,
yang dinyatakan sebagai CaCO3 (Giwangkara, 2006 dalam Ihsan, 2011)
B. Jenis
Kesadahan
Terdapat dua
jenis kesadahan, yakni sebagai berikut:
1. Kesadahan sementara
Kesadahan sementara merupakan
kesadahan yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-), atau
boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2)
dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2) Air yang
mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena
kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut
terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan jalan
pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel (Wikipedia,
2011).
Reaksinya:
Ca(HCO3)2 → dipanaskan → CO2 (gas) + H2O (cair) + CaCO3 (endapan)
Ca(HCO3)2 → dipanaskan → CO2 (gas) + H2O (cair) + CaCO3 (endapan)
Mg(HCO3)2 →
dipanaskan → CO2 (gas)
+ H2O (cair) + MgCO3
(endapan)
2. Kesadahan Tetap
Kesadahan tetap adalah kesadahan
yang mengadung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-,
NO3- dan SO42-. Berarti senyawa
yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium
nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4),
magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2),
dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa
tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan
hanya dengan cara pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan,
harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan
zat-zat kimia tertentu.
Kesadahan tetap dapat dikurangi
dengan penambahan larutan soda- kapur (terdiri dari larutan natrium karbonat
dan magnesium hidroksida) sehingga terbentuk endapan kaslium karbonat
(padatan/endapan) dan magnesium hidroksida (padatan/endapan) dalam air.
Reaksinya:
CaCl2 + Na2CO3 →
CaCO3 (padatan/endapan) + 2NaCl (larut)
CaSO4 + Na2CO3
→ CaCO3 (padatan/endapan) + Na2SO4
(larut)
MgCl2 + Ca(OH)2
→ Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaCl2 (larut)
MgSO4 + Ca(OH)2
→ Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaSO4 (larut)
Ketika kesadahan kadarnya adalah
lebih besar dibandingkan penjumlahan dari kadar alkali karbonat dan bikarbonat,
yang kadar kesadahannya eqivalen dengan total kadar alkali disebut kesadahan
karbonat; apabila kadar kesadahan lebih dari ini disebut kesadahan
non-karbonat. Ketika kesadahan kadarnya sama atau kurang dari penjumlahan
dari kadar alkali karbonat dan bikarbonat, semua kesadahan adalah kesadahan
karbonat dan kesadahan nonkarbonat tidak ada. Kesadahan mungkin terbentang dari
nol ke ratusan miligram per liter, bergantung kepada sumber dan perlakuan
dimana air telah subjeknya (Wikipedia, 2011).
C.
Metode
Penentuan Kesadahan
Metode yang dapat dilakukan untuk
penentuan kesadahan adalah metode Titrasi EDTA ( Ethylene Diamene Tetra
Asetat). EDTA berupa senyawa kompleks khelat dengan rumus molekul (HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2.
Merupakan suatu senyawa asam amino yang secara luas dipergunakan untuk mengikat
ion logam logam bervalensi dua dan tiga. EDTA mengikat logam melalui empat
karboksilat dan dua gugus amina. EDTA membentuk kompleks kuat terutama dengan
Mn (II), Cu (II), Fe (III), dan Co (III) (Anonim, 2008 dalam Ginoest, 2010).
EDTA merupakan senyawa yang mudah
larut dalam air, serta dapat diperoleh dalam keadaan murni. Tetapi dalam
penggunaannya, karena adanya sejumlah tidak tertentu dalam air, sebaiknya
distandardisasi terlebih dahulu.
HOOC
CH2 CH2COOH
N CH2
CH2
N
HOOC CH2
CH2COOH
Gambar 2.1 Struktur EDTA
Terlihat dari strukturnya bahwa
molekul tersebut mengandung baik donor elektron dari atom oksigen maupun donor
dari atom nitrogen sehingga dapat menghasilkan khelat bercincin sampai dengan
enam secara serempak (Khopkar, 1990 dalam Ginoest, 2010).
Kesadahan total yaitu ion Ca2+
dan Mg2+ dapat ditentukan melalui titrasi dengan EDTA sebagai titran
dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation tersebut. Titrasi kompleks meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan yang
mendasari terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan yang tinggi.
EDTA biasa
dikenal sebagai asam etilen diamina tetraasetat, mengandung atom oksigen dan
nitrogen yang efektif dalam membentuk kompleks yang stabil dengan logam lain
yang berbeda. EDTA adalah ligan yang dapat berkoordinasi dengan satu ion logam
melalui dua nitrogen dan satu oksigennya. EDTA juga dapat berlaku sebagai ligan
kudentat dan konsidentat yang membebaskan satu atau dua gugus oksigen dari
reaksi yang kuat dengan logam lain (Brady, 1994 dalam Ihsan, 2011).
EDTA membentuk
satu kompleks kelat yang dapat larut ketika ditambahkan ke suatu larutan yang
mengandung kation logam tertentu. Jika sejumlah kecil Eriochrome Black Tea atau
Calmagite ditambahkan ke suatu larutan mengandung kalsium dan ion-ion magnesium
pada satu pH dari 10,0 ± 0,1, larutan menjadi berwarna merah muda. Jika EDTA
ditambahkan sebagai satu titran, kalsium dan magnesium akan menjadi suatu
kompleks, dan ketika semua magnesium dan kalsium telah manjadi kompleks,
larutan akan berubah dari berwarna merah muda menjadi berwarna biru yang
menandakan titik akhir dari titrasi. Ion magnesium harus muncul untuk
menghasilkan suatu titik akhir dari titrasi. Untuk mememastikankan ini,
kompleks garam magnesium netral dari EDTA ditambahkan ke larutan buffer.
Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah
dilakukan dengan titrasi EDTA. pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator
Eriochrom Black T (EBT). Pada pH lebih tinggi, 12, Mg(OH)2 akan
mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan
indikator murexide. Adanya gangguan Cu bebas dari pipa-pipa saluran air dapat
di masking dengan H2S. EBT yang dihaluskan bersama NaCl padat
kadangkala juga digunakan sebagai indikator untuk penentuan Ca ataupun hidroksinaftol.
Seharusnya Ca tidak ikut terkopresitasi dengan Mg, oleh karena itu EDTA
direkomendasikan (Ginoest, 2010).
D.
Standar Jenis Kesadahan
Kandungan kapur yang terdapat dalam air, agar tidak
kurang dan tidak juga berlebih maka perlu diterapkan standar suatu air
dikatakan sadah atau berlebih kesadahannya. Standar kualitas menetapkan
kesadahan total adalah 5-10 derajat Jerman. Apabila kurang dari 5 derajat
Jerman maka air akan terasa lunak dan sebaliknya. Jika dalam air mengandung
lebih dari 10 derajat Jerman maka akan merugikan bagi manusia.
Di kalangan masyarakat yang awam, sangat sulit untuk
membedakan mana air yang tingkat kesadahannya tinggi. Mereka hanya bisa
memperkirakan saja berdasarkan apa yang ditimbulkan dari air, misalnya mereka
mengamati kerak yang ditimbulkan air pada dasar panci memberikan sedikit
pemahaman pada masyarakat bahwa air yang dikonsumsinya itu tingkat kesadahannya
tinggi, dan sebaliknya jika tidak terlihat kerak yang ditimbulkan artinya bahwa
air yang dikonsumsinya tingkat kesadahannya masih tergolong rendah (Sanropie
dkk, 1984 dalam Resthy, 2011)..
Standar kesadahan air meliputi
(Bakti Husada, 1995 dalam Resthy 2011):
1. Standar kesadahan menurut WHO, 1984,
mengemukakan bahwa :
a. Sangat lunak
sama sekali tidak mengandung CaCO3;
b. Lunak
mengandung 0-60 ppm CaCO3;
c. Agak sudah
mengandung 60-120 ppm CaCO3;
d. Sadah
mengandung 120-180 ppm CaCO3;
e. Sangat sadah
180 ppm ke atas.
2. Standar kesadahan menurut E.
Merck, 1974, bahwa :
a. Sangat lunak
antara 0-4 OD atau 0-71 ppm CaCO3;
b. Lunak antara
4-8 OD atau 71-142 ppm CaCO3;
c. Agak sadah
antara 8-18 OD atau 142-320 ppm CaCO3;
d. Sadah 18-30
OD atau 320-534 ppm CaCO3;
e. Sangat sudah
30 OD keatas atau sekitar 534 ppm ke atas.
3. Standar kesadahan menurut EPA, 1974, bahwa :
a. Sangat lunak
sama sekali tidak mengandung CaCO3;
b. Lunak,
antara 0-75 ppm CaCO3;
c. Agak sadah,
antara 75-150 ppm CaCO3;
d. Sadah,
150-300 ppm CaCO3;
e. Sangat sadah
300 ppm ke atas CaCO3.
4. Kesadahan
merupakan salah satu sifat kimia yang dimiliki air. Kesadahan air disebabkan
adanya ion – ion Ca2+ dan Mg2+. Berdasarkan Standar kesadahan menurut PERMENKES
RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3.
Bila melewati batas maksimum maka harus diturunkan (pelunakan).
Dari data tersebut dapat dilihat
jelas bahwa air yang dikatakan sadah adalah air yang mengandung garam mineral
khususnya CaCO3 sekitar 120-180 ppm menurut WHO, sedangkan menurut
Merck air dikatakan sadah jika mengandung 320-534 ppm atau sekitar 18-30 OD,
menurut EPA air yag dikatakan sadah jika mengandung CaCO3 sekitar
150-300 ppm, dan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum
yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3. Bila melewati batas maksimum maka
harus diturunkan (pelunakan) (Bakti Husada, 1995 dalam Resthy, 2011).
E.
Dampak dari
Kesadahan Air yang Kurang dan yang Berlebih
Air jika tidak mengandung kapur atau tidak sadah akan
terasa lunak atau hambar karena tidak mengandung garam-garam mineral sehingga
akan mengurangi selera dalam mengkonsumsinya. Akan tetapi, jika di dalam air
kandungan kapurnya sangat tinggi atau dengan kata lain terlalu banyak
mengandung garam-garam mineral justru akan memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan.
Oleh karena itu, dirasa perlu untuk mengetahui dampak apa saja yang dapat
ditimbulkan jika kandungan kapur dalam air berlebih atau kesadahannya tinggi
(Sanropie dkk, 1984 dalam Resthy, 2011).
Air lunak atau air yang tidak mengadung kapur
mempunyai kecenderungan menyebabkan korosi pada pipa. Sedangkan jika air
memiliki kandungan kapur yang banyak atau tingkat kesadahannya tinggi, maka
mengakibatkan terbentuknya kerak-kerak pada dinding pipa yang menyebabkan
penyempitan pipa, sehingga memperkecil debit aliran air. Dalam rumah tangga hal
tersebut menyebabkan terbentuknya kerak pada dinding peralatan memasak sehingga
menyebabkan pemakaian bahan bakar yang lebih banyak dan menyebabkan pemakaian
sabun yang semakin tinggi (Bakti Husada, 1995 dalam Resthy, 2011).
Apabila kandungan CaCO3
atan MgCO3 dalam air itu melewati batas 10 derajat Jerman maka akan
menyebabkan, antara lain (Sanropie dkk, 1984 dalam Resthy, 2011):
a. Menyababkan
lapisan kerak pada alat dapur yang terbuat dari logam;
b. Kemungkinan terjadinya ledakan pada boiler;
c. Pipa air menjadi terumbat;
d. Sayur-sayuran menjadi keras apabila
dicuci dengan air bersih.
Air sadah tidak terlalu berbahaya untuk diminum, akan
tetapi dapat menyebabkan beberapa masalah jika dikonsumsi dalam jangka panjang,
hal tersebut dapat menimbulkan osteoporosis atau pengapuran pada tulang
manusia. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat pipa
dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, selain
itu air sadah dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan.
Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi ketat untuk mencegah
kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan beberapa zat kimia
ataupun dengan menggunakan resin pertukaran ion (Kris, 2006 dalam Resthy,
2011).
Air sadah membawa dampak negatif, yaitu (Anoymous,
2009 dalam Resthy, 2011):
1. Menyebabkan
sabun tidak berbusa karena adanya hubungan kimiawi antara kesadahan dengan
molekul sabun sehingga sifat detergen sabun hilang dan pemakaian sabun menjadi
lebih boros;
2. Menimbulkan
kerak pada ketel yang dapat menyumbat katup-katup ketel karena terbentuknya
endapan kalsium karbonat pada dinding atau katup ketel. Akibatnya hantaran
panas pada ketel air berkurang sehingga memboroskan bahan bakar.
2. AIR TAWAR
Air tawar ialah air yang tidak berasa dengan
kata lain air yang tidak mengandung banyak larutan garam
dan larutan mineral di dalamnya. Saat menyebutkan air
tawar, orang biasanya merujuk ke air
dari sumur, danau,
sungai,
salju,
atau es.
Air tawar juga berarti air yang dapat dan aman untuk dijadikan minuman
bagi manusia. Adapun karateristrik air tawar adalah sebagai berikut:
A. Sifat Fisis Air Tawar
1) Warna, Bau, dan Rasa Air Tawar (Effect of Sediment)
Air tawar pada umumnya tidak berwarna, sehingga tampak
bersih, bening dan jernih. Tetapi pada beberapa jenis air tawar juga bisa
memperlihatkan warna yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena sedimen
(bebatuan) dan organisme yang hidup di dalamnya.
Air permukaan dan air sumur pada umumnya mengandung
bahan-bahan metal terlarut seperti Na, Mg, Ca, dan Fe. Air yang mengandung
komponen-komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air sadah. Walaupun
bahan-bahan tersuspensi dan bakteri mungkin telah dihilangkan dari air
tersebut, namun demikian air minum dimungkinkan masih mengandung
komponen-komponen terlarut.
Pada dasarnya air murni tidak enak untuk diminum
karena beberapa bahan yang terlarut dapat memberikan rasa yang spesifik
terhadap air minum. Oleh karena itu, air minum yang lazim diperdagangkan bukan
merupakan air murni. Jadi air yang tidak tercemar, merupakan air yang tidak
mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang
ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal untuk berbagai
keperluan. Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tidak dapat
digunakan secara normal disebut dengan polusi/pencemaran. Kebutuhan makhluk
hidup akan air sangat bervariasi, maka batasan-batasan pencemaran untuk
berbagai jenis air juga berbeda.
Warna air pada dasarnya dibedakan menjadi warna sejati (true
color) yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan warna semu (apparent
color), yang selain disebabkan oleh adanya bahan-bahan terlarut juga karena
adanya bahan-bahan terlarut juga karena adanya bahan-bahan tersuspensi, seperti
yang bersifat koloid.
Air yang normal pada dasarnya tidak mempunyai rasa. Timbulnya rasa
pada air lingkungan (kecuali air laut yang mempunyai rasa asin) merupakan
indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Rasa yang menyimpang tersebut biasanya
disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa yang menyimpang tersebut biasanya
dihubungkan dengan baunya karena pengujian terhadap rasa air jarang dilakukan.
2)
Kenaikan suhu air (Raising
of Temperature)
Air menstabilkan suhu udara dengan menyerap panas dari udara yang
lebih hangat dan kemudian melepaskannya keudara yang lebih dingin. Air cukup
efektif sebagai penyimpan panas karena dapat menyerap dan melepaskan panas
dalam jumlah besar, dengan hanya mengalami sedikit perubahan suhu.
Proses suatu industry pada umumnya menimbulkan panas. Untuk
menormalkan suhu biasanya digunakan air sebagai pendinginnanya. Suhu air sungai
yang relative tinggi dapat ditandai seperti munculnya ikan dan hewan air
lainnya kepermukaan untuk mendapatkan oksigen.
B.
Sifat Kimia Air Tawar
Di
samping sifat-sifat fisiknya, sifat-sifat kimia air juga sangat sesuai untuk
kehidupan. Di antara sifat-sifat kimia air, yang terutama adalah bahwa air
merupakan pelarut yang baik: Hampir semua zat kimia bisa dilarutkan dalam air.
Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah
tercampur dengan air (misalnya lemak
dan minyak), disebut sebagai zat-zat "hidrofobik" (takut-air).
Kelarutan
suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi
kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara
molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik
antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air
Konsekuensi
yang sangat penting dari sifat kimia ini adalah mineral-mineral dan zat-zat
yang berguna yang terkandung tanah terlarut dalam air dan dibawa ke laut oleh sungai.
Diperkirakan lima milyar ton zat dibawa ke sungai setiap tahun. Zat-zat
tersebut penting bagi kehidupan laut.
Air juga mempercepat (mengkatalisis) hampir semua reaksi
kimia yang diketahui. Sifat kimia air yang penting lainnya adalah reaktivitas
kimianya ada pada tingkat yang ideal. Air tidak terlalu reaktif yang membuatnya
berpotensi merusak (seperti asam sulfat) dan tidak juga terlalu lamban (seperti
argon yang tidak bereaksi kimia). Mengutip Michael Denton: “Tampaknya,
seperti semua sifatnya yang lain, reaktivitas air ideal baik bagi peran
biologis maupun geologisnya.”
C.
Karateristik
air bersih
Air jernih yang kita lihat sehari-hari, yang biasa kita
minum, apakah sudah bener-benar sehat dan juga layak untuk kita konsumsi? Dari
mana kita tahu air tersebut memang bersih. Mengutip Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air
Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya
memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
Air
bersih disini kita kategorikan hanya untuk yang layak dikonsumsi, bukan layak
untuk digunakan sebagai penunjang aktifitas seperti untuk MCK. Karena standar
air yang digunakan untuk konsumsi jelas lebih tinggi dari pada untuk keperluan
selain dikonsumsi. Ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui mengenai
kualitas air tersebut baik secara fisik, kimia dan juga mikrobiologi.
1.
Syarat fisik, antara lain:
a. Air harus bersih dan tidak keruh
b. Tidak berwarna apapun
c. Tidak berasa apapun
d. Tidak berbau apaun
e. Suhu antara 10-25 C (sejuk)
f. Tidak meninggalkan endapan
a. Air harus bersih dan tidak keruh
b. Tidak berwarna apapun
c. Tidak berasa apapun
d. Tidak berbau apaun
e. Suhu antara 10-25 C (sejuk)
f. Tidak meninggalkan endapan
2.
Syarat kimiawi, antara lain:
a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun
b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan
c. Cukup yodium
d. pH air antara 6,5 – 9,2
a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun
b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan
c. Cukup yodium
d. pH air antara 6,5 – 9,2
3. Syarat mikrobiologi, antara lain:
Tidak
mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri
patogen penyebab penyakit.
Seperti
kita ketahui jika standar mutu air sudah diatas standar atau sesuai dengan
standar tersebut maka yang terjadi adalah akan menentukan besar kecilnya
investasi dalam pengadaan air bersih tersebut, baik instalasi penjernihan air
dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga semakin jelek kualitas air
semakin berat beban masyarakat untuk membayar harga jual air bersih. Dalam
penyediaan air bersih yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat banyak
mengutip Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan kualitas,
yaitu:
a. Aman
dan higienis.
b. Baik
dan layak minum.
c. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
d. Harganya relatif murah atau
terjangkau oleh sebagian besar masyarakat
Parameter
yang ada digunakan untuk metode dalam proses perlakuan, operasi dan biaya.
Parameter air yang penting ialah parameter fisik, kimia, biologis dan
radiologis yaitu sebagai berikut:
a. Parameter Air Bersih secara Fisika
1. Kekeruhan
2. Warna
3. Rasa & bau
4. Endapan
5. Temperatur
1. Kekeruhan
2. Warna
3. Rasa & bau
4. Endapan
5. Temperatur
b. Parameter Air Bersih secara Kimia
1. Organik, antara lain: karbohidrat, minyak/ lemak/gemuk, pestisida, fenol, protein, deterjen, dll.
2. Anorganik, antara lain: kesadahan, klorida, logam berat, nitrogen, pH, fosfor,belerang, bahan-bahan beracun.
3. Gas-gas, antara lain: hidrogen sulfida, metan, oksigen.
1. Organik, antara lain: karbohidrat, minyak/ lemak/gemuk, pestisida, fenol, protein, deterjen, dll.
2. Anorganik, antara lain: kesadahan, klorida, logam berat, nitrogen, pH, fosfor,belerang, bahan-bahan beracun.
3. Gas-gas, antara lain: hidrogen sulfida, metan, oksigen.
c. Parameter Air Bersih secara Biologi
1. Bakteri
2. Binatang
3. Tumbuh-tumbuhan
4. Protista
5. Virus
1. Bakteri
2. Binatang
3. Tumbuh-tumbuhan
4. Protista
5. Virus
d. Parameter Air Bersih secara Radiologi
1. Konduktivitas atau daya hantar
2. Pesistivitas
3. PTT atau TDS (Kemampuan air bersih untuk menghantarkan arus listrik)
1. Konduktivitas atau daya hantar
2. Pesistivitas
3. PTT atau TDS (Kemampuan air bersih untuk menghantarkan arus listrik)
Dengan
standar tersebut maka air konsumsi yang kita gunakan akan aman bagi kesehatan
kita, karena itu jadilah manusia yang selektif demi kesehatan dan juga
keberlangsungan kita. Semoga bermanfaat.
D.
Kriteria dan Standar
kualitas air Minum
Kriteria dan standar kualitas air didasarkan atas :
·
Kesehatan : logam dan
logam berat, anorganik (nitrit), zat organic
·
Estetika : bau, rasa,
warna
·
Teknis : the best
technology available atau best practical technology
·
Toksisitas : efek racun
·
Polusi : mencegah
teremisinya pencemar ke lingkungan
·
Ekonomi :
kerugian-kerugian ekonomi
Standar air minum di indonesia : diterapkan untuk sumber air minum
(air baku) dan air minum sehingga tidak akan menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan manusia Standar sumber air minum (air baku) : PP 82/2001
Standar air minum : Keputusan Menkes No. 907/2002
a. Kriteria air minum :
·
Kualitas : memenuhi
persyaratan agar berfungsi secara baik dalam penggunanya
·
Kuantitas : memenuhi
kebutuhan agar jumlahnya cukup sesuai kebutuhan
·
Kontinuitas : tersedia
dan terjangkau setiap saat
b. Kualitas :
· Kualitas fisik : bau,
rasa, warna, suhu dan kekeruhan
· Kualitas kimiawi :
· Anorganik : ditoleransi
hingga batas-batas tertentu, terutama dampaknya terhadap kesehatan. Contoh
maksimum konsentrasi Cu = 1 mg/l, Zn = 5 mg/l
· Organik : dibatasi
karena dapat bersifat toksik (baik karsinogen, maupun npn-karsigen), seperti
senyawa aktif pembentukan pestisida dll
· Kualitas biologi :
indikator pencemaran air oleh aktivitas domestik, contoh : bakteri eschericia
coli
· Kualitas radioaktif :
bebasdari zat radioaktif
E.
Pengolahan air bersih
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan
sehari-hari manusia selalu memerlukan air terutama untuk minum, masak, mandi,
mencuci dan sebagainya. Pada saat ini, persentase penduduk di Indonesia yang
sudah mendapatkan pelayanan air bersih dari badan atau perusahaan air minum
masih sangat kecil yaitu untuk daerah perkotaan sekitar 45 % , sedangkan untuk
daerah pedesaan baru sekitar 36 % .
Di daerah - daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih tersebut, penduduk
biasanya menggunakan air sumur galian, air sungai yang kadang- kadang bahkan
sering kali air yang digunakan kurang memenuhi standart air minum yang sehat.
Bahkan untuk daerah yang sangat buruk kualitas air tanah maupun air sungainya,
penduduk hanya menggunakan air hujan untuk memenuhi kebutuhan akan air minum.
Oleh karena itu di daerah - daerah seperti ini, persentase penderita penyakit
yang disebabkan akibat penggunaan air minum yang kurang bersih atau kurang
memenuhi syarat kesehatan masih sangat tinggi.
Dalam rangka penyediaan air minum yang bersih dan sehat bagi masyarakat
pedesaan yang mana kualitas air tanahnya buruk serta belum mendapatkan
pelayanan air minum dari PAM, perlu memasyarakatkan alat pengolah air Minum
sederhana yang murah dan dapat dibuat oleh masyarakat dengan menggunakan bahan
yang ada dipasaran setempat.
Salah satu alat pengolah air minum sederhana tersebut adalah alat pengolah air
minum yang merupakan paket terdiri dari Tong (Tangki), Pengaduk, Pompa aerasi
dan saringan dari pasir atau disingat Model TP2AS. Alat ini dirancang untuk
keperluan rumah tangga sedemikian rupa sehingga cara pembuatan dan cara
pengoperasiannya mudah serta biayanya murah. Cara pengolahannya dengan
menggunakan bahan kimia yaitu hanya dengan tawas dan kapur (gamping).
Alat Pengolah Air Minum model TP2AS ini sangat cocok digunakan untuk pengolahan
air minum yang air bakunya mengandung zat besi dan mangan dan zat organik,
dengan biaya yang sangat murah.
1. Tahapan Proses
Pengolahan
Tahapan
proses pengolahan terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1.
Netralisasi
Yang dimaksud dengan netralisasi adalah mengatur keasaman air agar menjadi
netral (pH 7 - 8). Untuk air yang bersifat asam misalnya air gambut, yang paling
murah dan mudah adalah dengan pemberian kapur/gamping. Fungsi dari pemberian
kapur, disamping untuk menetralkan air baku yang bersifat asam juga untuk
membantu efektifitas proses selanjutnya.
2.
Aerasi
Yang dimaksud dengan aerasi yaitu mengontakkan udara dengan air baku agar
kandungan zat besi dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi dengan oksigen
yang ada dalam udara memben tuk senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat
diendapkan. Disamping itu proses aerasi juga berfungsi untuk menghilangkan
gas-gas beracun yang tak diinginkan misalnya gas H2S, Methan, Carbon Dioksida
dan gas-gas racun lainnya. Reaksi oksidasi Besi dan Mangan oleh udara dapat
ditulis sebagai berikut:
4
Fe2+ + O2 + 10 H2O ====> 4 Fe(OH)3+
8 H+
tak larut
Mn2+
+ O2 + H2O ====> MnO2 + 2 H+
tak larut
Dari persamaan reaksi antara besi dengan oksigen tersebut, maka secara teoritis
dapat dihitung bahwa untuk 1 ppm oksigen dapat mengoksidasi 6.98 ppm ion Besi. Reaksi
oksidasi ini dapat dipengaruhi antara lain : jumlah Oksigen yang bereaksi ,
dalam hal ini dipengaruhi oleh jumlah udara yang dikontkkan dengan air serta
luas kontak antara gelembung udara dengan permukaan air . Jadi makin merata dan
makin kecil gelembung udara yang dihembuskan kedalam air bakunya , maka oksigen
yang bereaksi makin besar. Faktor lain yang sangat mempengaruhi reaksi oksidasi
besi dengan oksigen dari udara adalah pH air. Reaksi oksidasi ini sangat
efektif pada pH air lebih besar 7(tujuh). Oleh karena itu sebelum aerasi
dilakukan, maka pH air baku harus dinaikkan sampai mencapai pH 8. Hal ini
dimaksudkan agar pH air tidak menyimpang dari pH standart untuk air minum yaitu
pH 6,5 - pH 8,5. Oksidasi Mangan dengan oksigen dari udara tidak seefektif
untuk besi, tetapi jika kadar Mangannya tidak terlalu tinggi maka sebagaian
mangan dapat juga teroksidasi dan terendapkan.
3.
Koagulasi
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia kedalam air agar kotoran dalam
air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat warna organik, lumpur halus
bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap. Cara yang paling
mudah dan murah adalah dengan pembubuhan tawas/alum atau rumus kimianya Al2(SO4)3.18
H2O. (berupa kristal berwarna putih).
Reaksi
koagulasi dengan Tawas secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut :
Al2(SO4)3.18
H2O + 3 Ca(HCO3)2 ==> 2 Al(OH)3
+3 Ca(SO4) + 6 CO2 + 18 H2O
alkalinity
Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(OH)2 ==> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4) + 3 CO2 + 18 H2O
Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(OH)2 ==> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4) + 3 CO2 + 18 H2O
mengendap
Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan alumunium hidroksida,
Al(OH)3 yang berupa partikel padat yang akan menarik partikel -
partikel kotoran sehingga menggumpal bersama-sama, menjadi besar dan berat dan
segera dapat mengendap. Cara pembubuhan tawas dapat dilakukan sebagai berikut
yaitu : sejumlah tawas/ alum dilarutkan dalam air kemudian dimasukkan kedalam
air baku lalu diaduk dengan cepat hingga merata selama kurang lebih 2 menit.
Setelah itu kecepatan pengadukkan dikurangi sedemikian rupa sehingga terbentuk
gumpalan - gumpalan kotoran akibat bergabungnya kotoran tersuspensi yang ada
dalam air baku. Setelah itu dibiarkan beberapa saat sehingga gumpalan kotoran
atau disebut flok tumbuh menjadi besar dan berat dan cepat mengendap.
4.
Pengendapan
Setelah proses koagulasi air tersebut didiamkan sampai gumpalan kotoran yang
terjadi mengendap semua (+ 45 - 60 menit). Setelah kotoran mengendap air
akan tampak lebih jernih. Endapan yang terkumpul didasar tangki dapat
dibersihkan dengan membuka kran penguras yang terdapat di bawah tangki.
5.
Penyaringan
Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan semua.
Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang besar dan berat akan mengendap,
sedangkan yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-layang dalam air.
Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih harus dilakukan proses
penyaringan.
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah diendapkan kotorannya
ke bak penyaring yang terdiri dari saringan pasir.
BAB III
METODE PERCOBAAN
A.
Alat dan
Bahan
1. Alat :
a.
Batang
Pengaduk
b. Botol
Semprot
c.
Bulp
d. Buret
e.
Erlenmeyer
250 mL
f.
Gelas Kimia
250 mL
g. Gelas Kimia
300 mL
h. Gelas Ukur
50 mL
i.
Pipet Tetes
j.
Pipet Volume
k. Statif
l.
Sendok
tanduk
2. Bahan:
a.
Air sumur
(sampel)
b. Aquades
c.
Buffer pH 10
d. Eriochrom
Black Tea (EBT)
e.
Larutan
Etylene Diamine Tetra Asestat (EDTA) 0,01 M
f.
Murexide
g. Larutan NaOH
1 N
B.
Prosedur
Kerja
1. Penentuan Kesadahan Total
Memipet 25 mL sampel kemudian
memasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu menambahkan 2 mL larutan Buffer pH 10
kemudian menambahkan sedikit indikator EBT hingga berwarna merah muda dan
menitrasi dengan larutan EDTA hingga berubah warna dari merah muda
menjadi biru.
2. Penentuan Kadar Kalsium (Ca)
Memipet 25 mL sampel air kemudian
memasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu menambahkan larutan 3 mL Natrium
Hidroksida (NaOH) 1 N, kemudian menambahkan sedikit indikator murexide hingga
berwarna merah muda dan menitrasi dengan larutan EDTA hingga berubah warna dari
merah muda menjadi ungu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
1. Penentuan
Kesadahan Total
Zat yang Bereaksi
|
Hasil
|
Keterangan
|
25 mL sampel air ditambahkan buffer pH 10
|
Larutan bening
|
|
Ditambahkan indikator Eriochrome Black Tea (EBT)
|
Larutan berwarna merah muda
|
|
Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M
|
Larutan berwarna biru
|
Volume EDTA : 5,5 mL
2. Penentuan
Kesadahan Ca
Zat yang Bereaksi
|
Hasil
|
Keterangan
|
25 mL sampel air ditambahkan buffer pH 12
|
Larutan bening
|
|
Ditambahkan indikator Murexide
|
Larutan berwarna merah muda
|
|
Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M
|
Larutan berwarna ungu
|
Volume = 3,3 mL
B.
Perhitungan
1. Kesadahan
Total :
Dik: Vol
EDTA = 5,5 mL
[EDTA] = 0,01 M
Mr CaCO3 = 100 gr/mol
Dit: Kesadahan Total …….?
Peny:
[EDTA] = 0,01 M
Mr CaCO3 = 100 gr/mol
Dit: Kesadahan Total …….?
Peny:

mL sampel
Mr CaCO3 = 1. Ar Ca + 1. Ar C + 3. Ar O
= 40 + 12 + 3. 16
= 40 + 12 + 48
= 100 gr/mol

mL sampel

25 mL
= 220 mg/L
= 220 ppm
2. Kadar Ca
Dik: Vol
EDTA = 3,3 mL
[EDTA] = 0,01 M
Ar Ca = 40
Dit: [Ca] …….?
Penye:
[EDTA] = 0,01 M
Ar Ca = 40
Dit: [Ca] …….?
Penye:

mL sampel

25 mL
= 52,8 mg/L
= 52,8 ppm
3. Kadar Mg
Dik:
Vol EDTA A =
5,5 mL
Vol EDTA B=
3,3 mL
[EDTA] = 0,01 M
Ar Mg = 24
Dit: [Mg] …….?
Penye:
[EDTA] = 0,01 M
Ar Mg = 24
Dit: [Mg] …….?
Penye:
Kadar Mg = ( Volume A –
Volume B)

mL sampel

25 mL

25 mL
= 21,12
C.
Pembahasan
Pada praktikum kesadahan ini, sampel
diambil dari sumur di daerah sekitar Minasaupa. Praktikan melakukan beberapa
percobaan yakni untuk menentukan kesadahan total, kesadahan kalsium dan
kesadahan magnesium terhadap sampel air sumur.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu
penentuan kesadahan total. Sampel yang digunakan sama dengan sampel pada
penentuan kalsium (Ca). Sampel ditambahkan dengan larutan buffer pH 10 karena
indikator yang akan digunakan yaitu indikator EBT, Setelah penambahan indikator
Eriochrom Black Tea (EBT) diperoleh larutan berwarna merah muda, selanjutnya
dititrasi dengan EDTA. Jika EDTA dijadikan sebagai titran, maka larutan
akan berubah dari warna merah muda menjadi warna biru. Pada titik akhir titrasi
diperoleh volume titran sebesar 5,5 mL, dan kadar CaCO3 sebanyak 220
mg/L. Berdasarkan standar kesadahan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum
kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3 (Bakti
Husada, 1995 dalam Resthy, 2011), dapat dikatakan bahwa air sumur yang diteliti
layak konsumsi karena tidak melebihi nilai ambang batas yang dianjurkan.
Langkah kedua adalah penentuan
kalsium (Ca), pertama-tama sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian
ditambahkan dengan NaOH sebanyak 3 mL. Fungsi penambahan NaOH disini yaitu
untuk meningkatkan pH sampel. Selanjutnya ditambahkan dengan mureksid. Mureksid
berfungsi sebagai indikator, setelah penambahan indikator mureksid dihasilkan
larutan warna merah muda. Menurut teori pada pH lebih tinggi 12, Mg akan
mengendap sehingga EDTA hanya dapat diikat oleh Ca2+ dengan
indikator mureksid. Larutan kemudian dititrasi dengan EDTA sampai warna larutan
berubah menjadi ungu. Volume titran yang digunakan yaitu sebesar 3,3 mL
dengan kadar kalsium (Ca) sebesar 52,8 mg/L, artinya dalam 1 liter air
mengandung 52,8 mg kalsium (Ca).
Sedangkan untuk penentuan Magnesium
(Mg) pada praktikum kali ini dilakukan dengan cara mengurangi volume titran
kesadahan total dengan kadar Ca dan diperoleh hasil kadar magnesium (Mg)
sebesar 21,12 mg/L, yang artinya dalam 1 liter air mengandung 21,12 mg
magnesium (Mg).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Nilai
kesadahan total sampel air adalah 220 mg/L CaCO3.
2. Nilai
kesadahan kalsium sampel air adalah 52,8mg/L.
3. Nilai
kesadahan magnesium sampel air adalah 21,12 mg/L.
4. Berdasarkan
standar kesadahan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum
yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3 (Bakti Husada, 1995 dalam
Resthy, 2011). Jadi dapat disimpulkan bahwa air tersebut layak untuk
dikonsumsi.
.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan
oleh praktikan adalah:
1. Berhati-hati
dalam menggunakan alat.
2. Jangan
tergesa-gesa saat melakukan percobaan.
3. Sebaiknya
menguasai prosedur kerja percobaan dan mengetahui materi tentang percobaan yang
akan dilakukan.
4. Sebaiknya
jangan terlambat pada saat akan melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Daud, Anwar. 2007. Aspek Kesehatan Penyediaan Air
Bersih. CV.Healthy & Sanitation : Makassar
Ginoest. 2010. Penentuan Kadar Kesadahan Air dengan
Metode Titrasi EDT. Online: http://ginoest.wordpress.com/2010/03/23/17/. Diakses pada tanggal 20
Oktober 2011
Ihsan. 2011. Analisa Kimia Sampel Air Sungai :
Penentuan Kesadahan Total dan Sementara dalam Air . Online : http://chemistryismyworld.blogspot.com/2011/05/analisa-kimia-sampel-air-sungai.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober
2011
Mifbahuddin, 2010. Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif
Sebagai Media Filter Terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis. Online
: http://www.google.co.id/ Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif Sebagai Media
Filter Terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis.html. Diakses pada
tanggal 20 Oktober 2011
O-fish. 2003. Parameter Air. Online : http://www.o-fish.com/parameter_air.htm.
Diakses pada tanggal 22 Oktober 2011
Resthy, 2011. Laporan Akhir Kesadahan. Online : http://perutbuncitmeletus.blogspot.com/2011/10/laporan-akhir-kesadahan.html. Diakses pada tanggal 22
Oktober 2011
Wikipedia. 2011. Kesadahan Air. Online : http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air. Diakses pada tanggal 20 Oktober
2011
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking