TUGAS MAKALAH
KIMIA KLINIK
TENTANG PEMERIKSAAN PADA GLUKOSA URINE
DI SUSUN OLEH:
NATHAN
PASIGA: 11.901.205
MAKSIMUS
MADIN: 11.901.217
FAJRIE
DWI PUTRA: 11.901.224
ERNA:11.901.212
FITRIANI:11.901.188
APRILIA
KETTY GUGATSU:11.901.195
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA ANALIS KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Tes glukosa urine pada sampel urine untuk mengetahui ada
tidaknya glukosa pada urine,
Penulis juga
tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap pihak karena telah
banyak membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Dalam makalah ini penulis membahas
tentang Pemeriksaan glukosa urine pada sampel urine untuk mengetahui ada
tidaknya glukosa pada urine. Olehnya itu makalah ini disusun secara teliti,
agar tujuan penulisan dapat tercapai.
Penulis juga menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu di harapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Demikianlah yang penilis dapat
sampaikan kurang dan lebihnya mohon di maafkan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
2
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
3
BAB. I
PENDAHULUAN
A.latar
belakang masalah
a. Latar belakang masalah siklus skreb
............................................................... 4
b kajian
perpustakaan
...........................................................................................
4
c sumber ostetik
ko.A.............................................................................................
4
d fungsi amfibolik siklus.........................................................................................
9
e harapan.................................................................................................................
18
f kondisi awal...........................................................................................................
18
g tindak lanjut..........................................................................................................
19
BAB. II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Glukosa
urine ..................................................................................
21
B. Tujuan
pemeriksaan............................................................................................
22
C. Jumlah Urine
dan pemeriksaan fisis .................................................................
22
D Cara
pemeriksaan................................................................................................
23
BAB. III
PENUTUP
a. Kesimpulan
.........................................................................................................
26
b. Saran
...................................................................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA
................................................................................................
27
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Siklus skreb
a) latar
belakang masalah
Siklus
asam sitrat atau yang dikenal juga dengan sebagai siklus krebs atau siklus asam
trikarboksilat merupakan lintasan akhir bersama oksidasi karbohidrat, lipid dan
protein. Adalah peran dari HA Krebs (1937) yang telah memberikan sumbangan
percobaan eskperimental dan konseptual agar siklus ini dapat dipahami.
Siklus
Krebs terkait dengan segi metabolisme biokimia yang sebenarnya; bahan yang
masuk berasal dari karbohidrat dapat keluar membentuk lemak, sedangkan bahan
yang masuk berasal dari asam amino dapat keluar membentuk karbohidrat. Namun,
teramat jarang ialah dari lemak menuju karbohidrat. Glukosa, asam lemak dan banyak asam amino akan dimetabolisasi
menjadi asetil koA atau intermediet yang ada pada siklus asam sitrat. Asetil
koA selanjutnya dioksidasi yang akan menghasilkan hidrogen atau elektron
sebagai ekuivalen pereduksi. Hidrogen tersebut kemudian memasuki rantai
respirasi tempat sejumlah besar ATP dihasilkan dalam prses fosforilasi
oksidatif. Enzim enzim yang berperanan pada siklus asam sitrat terdapat didalam
mitokondria.
b)
Kajian Perpustakaan
c)
Sumber Ostetik Ko.A
Siklus Krebs Adalah satu seri reaksi yang terjadi di dalam
mitokondria yang membawa katabolisme residu asetyl, membebaskan ekuivalen
hidrogen, yang dengan oksidasi menyebabkan pelepasan dan penangkapan ATP
sebagai kebutuhan energi jaringan.
Fungsi Utama Siklus Krebs:





·
Energi yang
terkandung pada pada karbohidrat memasuki siklus melalui piruvat, sumber utama
asetil KoA.
·
Kompleks enzim
yang mendekarboksilasi piruvat menjadi asetil KoA sangat mirip dari segi lokasi
subsel, komposisi dan mekanisme kerja dengan α-ketoglutarat dehidrogenase kompleks.
Dekarboksilasi
piruvat melibatkan piruvat dehidrogenase kompleks, suatu gugus enzim yang
tersusun atas 3 komponen:
·
24 mol piruvat
dehidrogenase Kofaktor: TPP (tiamin pirofosfat)
·
24 mol
dihidrolipoil transasetilase Lipoate, koenzim A
·
12 mol
dihidrolipoil dehidrogenase FAD, NAD+
Pada tahapan terakhir kerja PDH kompleks akan
dihasilkan NADH, H+, FAD, dan NADH yang di rantai pernapasan akan teroksidai
dan menghasilkan 3 molekul ATP, H2O dan NAD.
Pengaturan
Kompleks Piruvat Dehidrogenase
1.
Pengaturan
cepat kompleks PDH, inhibisi hasil kegiatan PDH yaitu asetil KoA dan NADH
bersifat menghambat
2. Pengaturan PDH:
o Kompleks PDH bertindak atas besar muatan energi sel.
Bila konsentrasi ATP tinggi, glikolisis semakin lambat dan aktivitas kompleks
PDH menurun
o Kompleks PDH peka terhadap keadaan oksidasi-reduksi
sel. Perbedaan jumlah NAD+, NADH, NADP+, dan NADPH yang terkumpul intraseluler
dalam batas keseimbangan tertentu
Reaksi Siklus
Krebs
Siklus reaksi diawali dengan reaksi antara asetil KoA
dan (2C) dan asam oksaloasetat (4C) yang menghasilkan asam trikarboksilat,
sitrat. Selanjutnya sejumlah 2 molekul atom CO2 dirilis dan teregenerasi.
Sebenarnya hanya sedikit oksaloasetat yang dibutuhkan untuk menginisiasi siklus
asam sitrat sehingga oksaloasetat dikenal dengan perannnya sebagai agen
katalitik pada siklus Krebs.
Tahapan Reaksi Siklus Krebs
Tahapan Reaksi Siklus Krebs
1.
Tahap 1. sitrat
sintase (hidrolisis)
Asetil KoA + oksaloasetat + H2Oà sitrat + KoA-SH
Merupakan reaksi kondensasi aldol yg disertai hidrolisis dan berjalan searah. Klinis: sitrat sintase sangat spesifik terhadap zat yang dikerjakan. Flouroasetil KoA dapat menggantikan gugus –asetil KoA. Flourosasetat kadang digunakan sebagai racun tikus. Bila termakan dapat berakibat fatal
Asetil KoA + oksaloasetat + H2Oà sitrat + KoA-SH
Merupakan reaksi kondensasi aldol yg disertai hidrolisis dan berjalan searah. Klinis: sitrat sintase sangat spesifik terhadap zat yang dikerjakan. Flouroasetil KoA dapat menggantikan gugus –asetil KoA. Flourosasetat kadang digunakan sebagai racun tikus. Bila termakan dapat berakibat fatal
2. Tahap 2. aconitase, memerlukan 2 tahap
Sitrat diubah menjadi isositrat oleh enzim akonitase yg mengandung Fe++ caranya : mula2 terjadi dehidrasi menjadi cis-akonitat ( yg tetap terikat enzim ) kemudian terjadi rehidrasi menjadi isositrat
Sitrat diubah menjadi isositrat oleh enzim akonitase yg mengandung Fe++ caranya : mula2 terjadi dehidrasi menjadi cis-akonitat ( yg tetap terikat enzim ) kemudian terjadi rehidrasi menjadi isositrat
3. Tahap 3. isositrat dehidrogenase (dekarboksilasi
pertama)
Isositrat dioksidasi menjadi oksalosuksinat (terikat enzim) oleh isositrat dehidrogenase yg memerlukan NAD+. Reaksi ini diikuti dekarboksilasi oleh enzim yg sama menjadi α-ketoglutarat. Enzim ini memerlukan Mn++ / Mg++. Ada 3 jenis isozim isositrat dehidrogenase :
Satu jenis isozim menggunakan NAD+ (intramitokondria) àisozim ini hanya ditemukan di dalam mitokondria NADH + H+ yg terbentuk akan diteruskan dalam rantai respirasi. Dua jenis isozim yg lain menggunakan NADP+ dan ditemukan di luar mitokondria (ekstramitokondria) dan sitosol
Isositrat dioksidasi menjadi oksalosuksinat (terikat enzim) oleh isositrat dehidrogenase yg memerlukan NAD+. Reaksi ini diikuti dekarboksilasi oleh enzim yg sama menjadi α-ketoglutarat. Enzim ini memerlukan Mn++ / Mg++. Ada 3 jenis isozim isositrat dehidrogenase :
Satu jenis isozim menggunakan NAD+ (intramitokondria) àisozim ini hanya ditemukan di dalam mitokondria NADH + H+ yg terbentuk akan diteruskan dalam rantai respirasi. Dua jenis isozim yg lain menggunakan NADP+ dan ditemukan di luar mitokondria (ekstramitokondria) dan sitosol
4. Tahap 4. α-ketoglutarat
dehidrogenase kompleks (dekarboksilasi)
Dekarboksilasi oksidatif α-ketoglutarat (caranya seperti pada dekarboksilasi oksidatif piruvat) menjadi suksinil KoA oleh enzim α-ketoglutarat dehidrogenase kompleks. Enzim ini memerlukan kofaktor seperti : TPP, Lipoat,NAD+, FAD dan KoA-SH. Reaksi ini secara fisiologis berjalan searah. Klinis: Reaksi ini dapat dihambat oleh arsenit mengakibatkan akumulasi / penumpukan α-ketoglutarat
Dekarboksilasi oksidatif α-ketoglutarat (caranya seperti pada dekarboksilasi oksidatif piruvat) menjadi suksinil KoA oleh enzim α-ketoglutarat dehidrogenase kompleks. Enzim ini memerlukan kofaktor seperti : TPP, Lipoat,NAD+, FAD dan KoA-SH. Reaksi ini secara fisiologis berjalan searah. Klinis: Reaksi ini dapat dihambat oleh arsenit mengakibatkan akumulasi / penumpukan α-ketoglutarat
5. Tahap 5. suksinat thikonase (fosforilasi tingkat
substrat)
Suksinil KoAàSuksinat
Reaksi ini memerlukan ADP atau GDP yg dengan Pi akan membentuk ATP atau GTP. Juga memerlukan Mg++. Reaksi ini merupakan satu2nya dalam TCA cycle yg membentuk senyawa fosfat berenergi tinggi pada tingkat substrat.
Pada jaringan dimana glukoneogenesis terjadi ( hati & ginjal) terdapat 2 jenis isozim suksinat thiokonase, satu jenis spesifik GDP, satu jenis untuk ADP. Pada jaringan nonglukoneogenik hanya ada isozim yg menggunakan ADP
Suksinil KoAàSuksinat
Reaksi ini memerlukan ADP atau GDP yg dengan Pi akan membentuk ATP atau GTP. Juga memerlukan Mg++. Reaksi ini merupakan satu2nya dalam TCA cycle yg membentuk senyawa fosfat berenergi tinggi pada tingkat substrat.
Pada jaringan dimana glukoneogenesis terjadi ( hati & ginjal) terdapat 2 jenis isozim suksinat thiokonase, satu jenis spesifik GDP, satu jenis untuk ADP. Pada jaringan nonglukoneogenik hanya ada isozim yg menggunakan ADP
6. Tahap 6: Suksinat dehidrogenase (dehidrogenasi &
oksidasi)
Suksinat + FADà Fumarat + FADH2
Reaksi ini tdak lewat NAD, Klinis: dihambat oleh malonat, asam dikarboksilat berkarbon 3. Suksinat dapat tertimbun dan pernapasan terhambat
Suksinat + FADà Fumarat + FADH2
Reaksi ini tdak lewat NAD, Klinis: dihambat oleh malonat, asam dikarboksilat berkarbon 3. Suksinat dapat tertimbun dan pernapasan terhambat
7. Tahap 7 : Fumarase (dehidrasi)
Fumarat + H2Oà L-Malat. Tidak memerlukan koenzim
Fumarat + H2Oà L-Malat. Tidak memerlukan koenzim
8.
Tahap 8: Malat
dehidrogenase
L-Malat + NAD+ àOksaloasetat + NADH + H+. Reaksi ini membentuk kembali oksaloasetat. Terdapat 6 isozim MDH, 50% isozim MDH adalah tipe IV. Klinis: kerusakan jaringan seringkali mengakibatkan kenaikan MDH tetapi pemeriksaan MDH tidak lazim dilakukan, karena lebih mudah untuk memeriksa dengan LDH.
L-Malat + NAD+ àOksaloasetat + NADH + H+. Reaksi ini membentuk kembali oksaloasetat. Terdapat 6 isozim MDH, 50% isozim MDH adalah tipe IV. Klinis: kerusakan jaringan seringkali mengakibatkan kenaikan MDH tetapi pemeriksaan MDH tidak lazim dilakukan, karena lebih mudah untuk memeriksa dengan LDH.
Regulasi siklus
Asam Sitrat diatur oleh:
• citrate synthase
• isocitrate dehydrogenase
• α-ketoglutarate dehydrogenase
• citrate synthase
• isocitrate dehydrogenase
• α-ketoglutarate dehydrogenase
Konsumsi
oksigen, reoksidasi NADH, dan produksi ATP yang dikoupling
Kontrol regulasi:
a)
Ketersediaan
substrat – oxaloacetate menstimulasi sitrat sintase
b) Inhibis produk- substrat sitrat berkompetisi dengan
oksaloasetat untuk sitrat sintase, NADH menginhibisi isositrat dehidrogenase
dan α-ketoglutarate dehydrogenase, succinyl-CoA
menginhibisi α-ketoglutarate dehydrogenase
c)
Inhibisi
feedback kompetitif - NADH menginhibisi sitrat sintase, suksinil KoA
berkompetisi dengan asetil KoA pada reaksi sitrat sintase.
Regulator penting:
Substrat -acetyl-CoA dan oksaloasetat memproduksi -
NADHRegulasi Siklus Asam Sitrat
• Kontrol allosterik dari siklus enzim
• isocitrate dehydrogenase
• α-ketoglutarate dehydrogenase
• pyruvate dehydrogenase phosphatase
• ADP - allosteric activator dari isocitrate dehydrogenase
• ATP - inhibibis isocitrate dehydrogenase
• Ca2+ - activasi pyruvate dehydrogenase phosphatase,
• isocitrate dehydrogenase, α-ketoglutarate dehydrogenase
• Kontrol allosterik dari siklus enzim
• isocitrate dehydrogenase
• α-ketoglutarate dehydrogenase
• pyruvate dehydrogenase phosphatase
• ADP - allosteric activator dari isocitrate dehydrogenase
• ATP - inhibibis isocitrate dehydrogenase
• Ca2+ - activasi pyruvate dehydrogenase phosphatase,
• isocitrate dehydrogenase, α-ketoglutarate dehydrogenase
d) Fungsi Amfibolik Siklus
Siklus asam sitrat adalah katabolic sebab terlibat
dalam penguraian dan penghasil energi utama dalam sebagian besar organisma.
Akan tetapi beberapa jalur fotosintesis menggunakan senyawa intermedier dalam
siklus asam sitrat sebagai senyawa awalnya. (anabolisma) Jadi siklus asam
sitrat bersift amfibolik , katabolic maupun anabolic. Semua jalur biosintesis
yang menggunakan senyawa intermedier siklus asam sitrat juga memerlukan energi
bebas. Konsekuensinya, fungsi katabolic siklus tidak dapat diganggu: senyawa
intermedier yang sudah digunakan harus digantikan.
Siklus asam sitrat bersifat amfibolik, yang artinya
memiliki dua sifat yaitu anabolik (sintesis molekul untuk menjadi senyawa yang
lebih kompleks) maupun katabolik (pemecahan molekul menjadi molekul yang lebih
sederhana) hal ini disebabkan karena senyawa intermidiete harus digantikan.
Pintasan yang menggunakan senyawa intermidiete siklus
asam sitrat adalah:
·
Biosintesis
glukosa (glukoneogenesis) –oxaloacetate.
(yang ditransportasikan sebagai malate)
(yang ditransportasikan sebagai malate)
·
Biosintesis
lipid -acetyl-CoA from ATP-citrate lyase.
ATP + citrate + CoA à ADP + Pi + oxaloacetate + acetyl-CoA
ATP + citrate + CoA à ADP + Pi + oxaloacetate + acetyl-CoA
·
Biosintesis
asam amino - α-ketoglutarate (dehidrogenasi atau transaminasi dari
glutamate) dan transaminasi oxaloacetate.
Biosintesis
asam amino menggunakan senyawa intermedier SAS dalam 2 cara. a ketoglutarat
digunakan untuk mensintesis glutamate. a ketoglutarat dan oksaloasetat juga
digunakan untuk mensintesis glutamate dan aspartat dalam reaksi transaminasi.
Kedua adlah sintesis porfirin yang menggunakan suksinil CoA sebagai senyawa
awal.
Sifat amfibolik yang dimiliki oleh
siklus Asam Sitrat
Berkaitan dengan reaksi anaplerotik yang berperan menggantikan senyawa intermidiet siklus Krebs yang habis:
Berkaitan dengan reaksi anaplerotik yang berperan menggantikan senyawa intermidiet siklus Krebs yang habis:
1.
Pyruvate
carboxylase
a.
Pyruvate + CO2
+ ATP + H2O àoxaloacetate + ADP + Pi.
·
Oksidasi asam
lemak - succinyl-CoA.
·
Katabolisme
(Ile, Met, Val) - succinyl-CoA.
·
Transaminasi
dan deaminasi asam amino untuk menjadi - α- ketoglutarate dan oxaloacetate.
Reaksi
yang menghasilkan senyawa intermedier SAS disebut reaksi anaplerotik. Reaksi
utama untuk ini adalah karboksilasi piruvat karboksilase membentuk
oksaloasetat.
b.
Piruvat + CO2 +
ATP + H2O ------ oksaloasetat + ADP + Pi
Energetika
Siklus Krebs
Persamaan
berikut ini menunjukkan rangkuman reaksi kimia siklus Krebs:
Asetil KoA + 3NAD + + FAD + GDP + Pi + 2H2O à 2CO2 + KoASH + 3NADH +H+ +FADH2+GTP
Asetil KoA + 3NAD + + FAD + GDP + Pi + 2H2O à 2CO2 + KoASH + 3NADH +H+ +FADH2+GTP
Untuk setiap
molekul asetil KoA yang mengalami pembakaran dalam siklus, 12 mol
ATP dapat dihasilkan:
3 NADH=9ATP,
FADH2=2ATP,
GTP=1ATP+
TOTAL=12ATP
ATP dapat dihasilkan:
3 NADH=9ATP,
FADH2=2ATP,
GTP=1ATP+
TOTAL=12ATP
Ada 8 enzim
dalam siklus asam sitrat yang mengkatalisis serangkaian reaksi yang secara
keseluruhan adalah oksidasi gugus asetil menjadi 2 mol CO2 diikuti dengnan
pembentukan 3 NADH, 1 FADH dan GTP. Reaksi tersebut adalah:








Masuknya asam amino ke dalam siklus Krebs
Transaminasi asam amino oksaloasetat dan α-ketoglutarat mengandung rantai karbon yang homolog dengan asam amino aspartat dan glutamat.
Piruvat
juga homolog dengan alanin. Persediaan asam amino ini melebihi keperluan
biosintesis protein, kelebihannya dapat segera diubah menjadi zat-antara siklus
Krebs dan oksidasi kerangka karbonnya dapat menghasilkan energi.
Sebaliknya,
asam-asam amino ini diperlukan misalnya untuk biosintesis, pembentukannya
menggunakan analog asam keto yang didaur Krebs. Sehingga, demikian, daur Krebs
yang biasa diartikan sebagai jalur katabolik dalam keadaan tertentu mempunyai
fungsi anabolik.
Interkonversi
reversible antara asam α-amino dan α-keto
dikatalisis oleh transaminase, aminotransferase yang berperan sebagai perantara
pertukaran gugus karbonil dan gugus amino antara oksaloasetat glutamat dan
piruvat glutamat.
Reaksi-reaksi anaplerotik
Pengisian
kekurangan/reaksi anaplerotik dibutuhkan untuk menjamin kecukupan zat-antara
siklus Krebs. Hal ini diperlukan karena siklus Krebs dapat mengalami kekurangan
zat intermidiet, diakibatkan karena peningkatan biosintesis aspartat dan
glutamat. Keperluan akan zat antara dapat meningkat akibat jika terdapat
sejumlah besar piruvat atau asetil KoA sehingga menipiskan oksaloasetat sebagai
reseptor yang diperlukan pada sintesis sitrat.
o Piruvat karboksilase. Pada kondisi dibebaskannya
epinefrin sebagai akibat tekanan emosi dapat dibentuk piruvat dari glukosa dan
asetil KoA dari asam lemak dapat dibentuk dalam jumlah yang besar. Pada
kondisi demikian, piruvat yang berlebih, akan diubah menjadi enzim alosterik
dengan asetil KoA sebagai efektor positif.
Konsentrasi asetil KoA yang tinggi akan mengaktifkan piruvat karboksilase untuk sintesis oksaloasetat. Pada tahapan berikutnya, oksaloasetat menerima gugus asetil KoA sehingga terbentuk sitrat yang sekarang dihasilkan lebih banyak dari biasa
Konsentrasi asetil KoA yang tinggi akan mengaktifkan piruvat karboksilase untuk sintesis oksaloasetat. Pada tahapan berikutnya, oksaloasetat menerima gugus asetil KoA sehingga terbentuk sitrat yang sekarang dihasilkan lebih banyak dari biasa
o Enzim malat. Reaksi ini akan merubah sebagian besar
piruvat dari piruvat yang masuk menjadi malat melalui reaksi karboksilasi
reduktif. Malat yang merupakan produksi tambahan dengan mudah diubah menjadi
oksaloasetat.
Di antara kedua jalur anaplerotik ini lebih diutamakan jalur piruvat karboksilase, Enzim malat namun demikian lebih reversibel dan menghasilkan lebih banyak NADPH yang diperlukan pada sintesis asam lemak.
Di antara kedua jalur anaplerotik ini lebih diutamakan jalur piruvat karboksilase, Enzim malat namun demikian lebih reversibel dan menghasilkan lebih banyak NADPH yang diperlukan pada sintesis asam lemak.
Kompartementalisasi
mitokondria
Untuk kelangsungan fungsi mitokondria yang normal diperlukan kadar zat antara yang mencukupi kerja enzim dan juga adanya keseimbangan osmotik dan ion antara mitokondria dan sitosol.
Tidak semua zat dalam sitosol dapat menembus mitokondria; contoh enzim sitosol (karena ukuran yang terlalu besar). Koenzim sitosol, seperti NAD+ dapat menembus membran luar karena ukurannya kecil, akan tetapi, tidak menembus membran dalam mitokondria.
Untuk kelangsungan fungsi mitokondria yang normal diperlukan kadar zat antara yang mencukupi kerja enzim dan juga adanya keseimbangan osmotik dan ion antara mitokondria dan sitosol.
Tidak semua zat dalam sitosol dapat menembus mitokondria; contoh enzim sitosol (karena ukuran yang terlalu besar). Koenzim sitosol, seperti NAD+ dapat menembus membran luar karena ukurannya kecil, akan tetapi, tidak menembus membran dalam mitokondria.
Membran
luar mitokondria permeabel terhadap hampir semua molekul kecil dan ruang yang
terselubungi oleh membran ini dinamakan ruang-luar mitokondria.
Ringkasan permeabilitas membran:
o NAD, NADP, NADH, dan NADPH tidak menembus membran
dalam mitokondria.
o Zat intermidiete daur Krebs dapat bergerak dari luar
dan ke dalam mitokondria dengan beberapa pengecualiaan, biasanya dengan
perantaran translokase.
o Asam amino yang dapat menghasilkan zat-antara daur
Krebs atau piruvat dapat juga tembus ke ruang-dalam mitokondria.
o ATP dan ADP dapat menembus dengan translokase khusus.
Translokase/enzim
sistem transport
Memiliki sifat mirip dengan enzim yang bekerja pada larutan, akan tetapi karena kerjanya bukan mengkatalisis reaksi namun mengakibatkan perubahan muatan kovalen substrat sehingga seringkali tidak digolongkan sebagai enzim. Konsep translokase ini menggarisbawahi konsep bahwa gerakan zat yang keluar-masuk mitokondria sangat teratur dan terkontrol. Setiap translokase merupakan sistem mandiri dan ada kerja-sama antar sistem.
Memiliki sifat mirip dengan enzim yang bekerja pada larutan, akan tetapi karena kerjanya bukan mengkatalisis reaksi namun mengakibatkan perubahan muatan kovalen substrat sehingga seringkali tidak digolongkan sebagai enzim. Konsep translokase ini menggarisbawahi konsep bahwa gerakan zat yang keluar-masuk mitokondria sangat teratur dan terkontrol. Setiap translokase merupakan sistem mandiri dan ada kerja-sama antar sistem.
Sifat-sifat
translokase:
·
Kespesifikan
:Translokase ATP tidak akan bekerja pada uridin, sitidin maupun inosin
trifosfat (UTP, CTP, ITP)
·
Kejenuhan
:Translokas dapat jenuh dengan senyawa yang diangkutnya; berarti memiliki
pedanan tetapan Michaelis- Menten (Km) atau kecepatan awal maksimum (Vmaks).
·
Sifat inhibisi
:Inhibitor yang khas menghambat aktivitas sebagian besar translokase.
·
Ciri vektorial
:Mengikuti arah dimensi ruang atau bersifat vektorial. Sebab itu, hanya
bergerak ke luar mitokondria dan ADP harus ke dalam. Ciri tersebut tidak ada
padanannya dalam enzimologi.
Fungsi
mitokondria pada lipogenesis
Diketahui bahwa asetil KoA merupakan bakal pada awal sintesis asam lemak rantai panjang. Enzim-enzim pembentuk asam lemak terdapat dalam sitosol; sehingga diperlukan suatu jalur agar asetil KoA yang dihasilkan di dalam mitokondria dari karbohidrat, asam amino atau prekrusor jenis karbohidrat lainnya haru s bisa menemukan jalan untuk masuk ke dalam sitosol. Keadaan bila gizi berkecukupann dengan glukosa dan asam-amsam amino melebihi keperluan metabolisme aka energi yang berlebihan akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan adiposa. Transaminasi asam amino langsung menghasilkan zat-antara siklus Krebs sitrat dalam mitokondria.
Diketahui bahwa asetil KoA merupakan bakal pada awal sintesis asam lemak rantai panjang. Enzim-enzim pembentuk asam lemak terdapat dalam sitosol; sehingga diperlukan suatu jalur agar asetil KoA yang dihasilkan di dalam mitokondria dari karbohidrat, asam amino atau prekrusor jenis karbohidrat lainnya haru s bisa menemukan jalan untuk masuk ke dalam sitosol. Keadaan bila gizi berkecukupann dengan glukosa dan asam-amsam amino melebihi keperluan metabolisme aka energi yang berlebihan akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan adiposa. Transaminasi asam amino langsung menghasilkan zat-antara siklus Krebs sitrat dalam mitokondria.
Sitrat
akan dikeluarkan dari mitokondria ke sitosol, di dalam sitosol di mana tempat
enzim sitrat liase yang akan memecahnya menjadi oksaloasetat dan asetil KoA.
Oksaloasetat akan diubah ke malat oleh MDH sitosol kemudian malat dengan mudah
diangkut kembali ke dalam mitokondria. Asetil KoA yang dihasilkan oleh sitrat
liase sekarang dapat digunakan di sitosol untuk biosintesis asam lemak.
Sitrat
bukan saja wahana utama untuk mengangkut gugus asetil dari mitokondria ke
sitosol; zat ini juga berperan sebagai efektor alosterik yang positif pada
langkah pertama biosintesis asam lemak. Kebanyakan asam amino tidak dapat
memasuki daur Krebs langsung melalui transaminasi; akan tetapi diperlukan
transformasi metabolik. Biosintesis asam lemak juga memerlukan NADPH.
Fungsi
mitokondria pada lipogenesis:
·
Mitokondria
menghimpun senyawa-senyawa berkarbon dua atau empat dari berbagai sumber.
·
Sitrat
intramitokondria pada konsentrasi tinggi dengan mudah dikeluarkan ke dalam
sitosol.
·
Sitrat
merupakan sumber utama asetil KoA dalam sitosol yaitu sebagai bahan utama
biosintesis asam lemak.
·
Sitrat
diperlukan sebagai efektor alosterik dalam tahap pertamanya untuk biosintesis
asam lemak.
·
Konsentrasi ATP
yang tinggi menggeser pola oksidasi glukosa ke arah produksi NADPH yang
diperlukan untuk biosintesi s asam lemak
Fungsi mitokondria pada glukoneogenesis,
interkonversi siklus Krebs
Peranannya
pada proses glukoneogenesis, proses yang hanya sedikit terdapat pada sedikit
jaringan terutama dalam hati dan ginjal.
Glukosa
yang dihasilkan melalui jalur ini dapat masuk ke dalam peredaran darah untuk
memenuhi kebutuhan jaringan-jaringan seperti otak yang membutuhkan glukosa
dalam jumlah besar. Dengan sedikit modifikasi, jalur ini dapat membuka peluang
lain, yaitu kesempatan untuk menimbun glukosa sebagai glikogen dalam hati dan
otot rangka.
Terdapat
tiga enzim yang memainkan peranan penting dalam proses glukoneogenesis antara
lain:



Klinis: Keadaan yang menuntut glukoneogenesis mengakibatkan peningkatan sintesis PEP karboksikinase. Puasa, diabetes, atau pengobatan dengan glukokortikoid dapat merangsang sintesis enzim ini.
Fungsi mitokondria pada glukoneogenesis:
·
Asam amino
masuk ke dalam mitokondria, tempat enzim daur Krebs mengubah derivat Keto,
berasal dari asam tadi menjadi sitrat dan oksaloasetat
·
Dari
oksaloasetat akan dihasilkan malat atau aspartat yang dikeluarkan dari sitosol,
tempat rekonversi ke oksaloasetat terlaksana.
·
Piruvat
mitokondria terkarboksilasi menjadi oksaloasetat melalui reaksi yang
menggunakan asetil KoA sebagai aktivator alosterik.
·
Oksaloasetat akan
mengalami dekarboksilasi menjadi PEP yang selanjutnya diubah menjadi glukosa
atau glikogen.
Sistem pereduksi ekuivalen
Sistem shuttle
(angkut). NAD akan tereduksi ke dalam rantai pernapasan. Sementara itu
nukleotida tidak dapat menembus membran dalam mitokondria. Hal tersebut
difasilitasi oleh malat-oksaloasetat translokase, atau sistem angkut yang
dilakukan dengan menyebrangkan 2H dari sisi satu ke sisi lain membran.
Sistem angkut
yang lain bergabung pada pasangan oksidasi-reduksi dihidroksiasetonfosfat dan α-gliserofosfat. Enzim yang berperan mempunyai bentuk ekstramitokondria yang
berbeda dan menggunakan FAD sebagai koenzim. FAD tereduksi, yang langsung akan dirangkaikan dengan
rantai pernapasan melalui koenzim Q.
Ciri siklus Krebs: tertutupnya
jalur lemak untuk dapat diubah menjadi glukosa. Ciri siklus Krebs terkait
dengan jumlah atom karbon memiliki 2 kekhasan:
o Masuknya dua karbon ke dalam siklus Krebs sebagai
asetil KoA dan keluarnya 2 atom karbon sebagai CO2 memberikan makanya tidak ada
hasil bersih atom karbon.
o Atom karbon yang keluar sebagai CO2 tidak sama dengan yang
masuk sebagai asetil KoA.
e) Harapan
Dalam pembelajaran ini kami sebagai penulis
mengharapkan kepada para pembaca untuk bisa mengetahui siklus krebs
sebagai rangkaian aksi untuk oksidasi lengkap bahan makanan serta memahami
beberapa pembagian dari siklus krebs. Misalnya : Sumber ostetik ko A, Fungsi
emfibolik siklus krebs DAN Pembentukan energy pada siklus krebs.
f) Kondisi Awal
Dalam biologi, ketosis keadaan organisme yang ditandai
dengan peningkatan kadar badan keton dalam darah, dengan proses lipolisis dan
beta-oksidasi. Badan keton terbentuk dari jumlah kelebihan lemak istirahat
turun. Beberapa badan-badan keton seperti asetoasetat dan ß-hidroksibutirat
juga dapat digunakan untuk energi.
Sebagian besar tubuh mampu memanfaatkan asam lemak
sebagai sumber energi alternatif dalam proses di mana rantai asam lemak yang
dibelah oleh koenzim A (KoA) untuk membentuk asetil-KoA, yang kemudian dapat
dimasukkan ke dalam siklus Krebs. Asetil-KoA hanya dapat memasuki siklus Krebs
terikat oksaloasetat. Ketika persediaan karbohidrat tidak memadai untuk
mempertahankan tingkat glukosa darah, hati secara alami mengubah oksaloasetat
dalam hati menjadi glukosa melalui glukoneogenesis untuk digunakan oleh otak
dan jaringan lainnya.
Kelebihan asetil-KoA dalam hati digunakan untuk
menghasilkan benda keton, yang mengarah ke keadaan ketosis. Selama proses ini,
konsentrasi glukagon tinggi hadir dalam serum, yang inactivates heksokinase dan
fosfofruktokinase-1 (regulator dari glikolisis) secara tidak langsung,
menyebabkan sel-sel yang paling dalam tubuh untuk menggunakan asam lemak
sebagai sumber energi utama mereka.
Otak tidak dapat menggunakan asam lemak untuk energi
karena asam lemak tidak dapat melewati sawar darah-otak. Namun, badan-badan
keton yang dihasilkan dalam hati dapat melintasi penghalang darah-otak. Di
otak, badan-badan keton ini kemudian dimasukkan ke dalam asetil-KoA dan
digunakan dalam siklus Krebs.
Kelebihan badan keton akan perlahan-lahan decarboxylate ke aseton. Aseton diekskresikan dalam napas dan urin. Ketosis tidak harus bingung dengan ketoasidosis (ketoasidosis diabetik ketoasidosis alkohol atau kurang umum), yang parah menyebabkan ketosis pH darah turun di bawah 7,2.
Kelebihan badan keton akan perlahan-lahan decarboxylate ke aseton. Aseton diekskresikan dalam napas dan urin. Ketosis tidak harus bingung dengan ketoasidosis (ketoasidosis diabetik ketoasidosis alkohol atau kurang umum), yang parah menyebabkan ketosis pH darah turun di bawah 7,2.
Ketoasidosis
adalah kondisi medis biasanya disebabkan oleh diabetes dan disertai oleh
dehidrasi, hiperglikemia, ketonuria, dan tingkat peningkatan glukagon. Glukagon
tinggi, rendah tingkat insulin serum sinyal tubuh untuk memproduksi lebih
banyak glukosa melalui glukoneogenesis dan glikogenolisis, dan badan-badan
keton melalui ketogenesis. Tingginya kadar glukosa menyebabkan kegagalan
reabsorpsi tubulus di ginjal, menyebabkan air bocor ke dalam tubulus dalam
proses yang disebut diuresis osmotik, menyebabkan dehidrasi dan lebih memperburuk
asidosis tersebut.
g)
Tindak lanjut
o Pengobatan yang dapat diberikan pada sapi yang mengalami
ketosis yaitu :
Pemberian larutan glukosa 50% 500 ml IV : untuk meningkatkan kadar glukosa dalam darah, mengurangi proses glukoneogenesis.
Pemberian larutan glukosa 50% 500 ml IV : untuk meningkatkan kadar glukosa dalam darah, mengurangi proses glukoneogenesis.
o Pemberian hormone insulin yang mempunyai kerja
antiketogenik yang bagus. Selain untuk menurunkan benda keton darah, juga
meningkatkan penggunaan glukosa darah.
o Pemberian Potassium chlorate.
o Pemberian Sodium propionate.
o Pemberian Propylene glikol
o Pemberian glukokortikoid secara injeksi : untuk
menurunkan pemanfaatkan glukosa dalam jaringan.
o Pemberian senyawa-senyawa pembentuk glukosa secara
oral seperti asam laktat 200-250 gr per hari, gliserol 450 gram diberikan 2
kali sehari, asam propionat 200-250 gram per hari, dan propilen glikol 240-300
gram diberikan 2 kali sehari tetapi pemebrian propilen glikol tidak efektif dibandingkan
pemberian glycerol.
o Senyawa-senyawa lipotropik seperti Cholin,
L-Methionin, Cysteamine HCl.
o Pemberian vitamin (vit. B12), tiroksin, dan
kloralhidrat (untuk sapi yang mengalami gejala syarafi). Pemberian asam
nikotinat 15-30 gram pada pertama serta pemberian vitamin A dan E diperuntukkan
bagi sapi gemuk.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Tes glukosa urine adalah
pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada tidaknya glukosa pada
urine. Pemeriksaan ini termasuk penyaringan dalam urinalisis.
Glukosa mempunyai sifat mereduksi.
Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua
larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan
reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna
untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena
tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/ke ton bebas).
Glukosa dalam urin ditentukan
dengan reaksi reduksi menggunakan reagen Benedict (terbaik), Fehling dan
Nylander. Cara lainnya adalah menggunakan carik celup.
Reaksi benedict sensitive karena
larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh
larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga
praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar
tabung. Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk
menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa
memberikan warna yang berlainan.
B.Tujuan
Pemeriksaan
ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya glukosa dalam urine dan untuk
mengetahui penyakit Diabetes Melitus pada ibu hamil.
C.Jumlah Urine
dan pemeriksaan fisis
Bayi
: 30 - 500 ml
Anak (
1-14 th ) : 500 –
1400 ml
Dewasa
: 600 – 1600 ml
Anuria
: ≤ 100 ml
Oliguria
: 100 – 600 ml
Poliuria
: > 1600 ml
Pemeriksaan
Fisis :
a.
Jumlah
b. Bau
c.
Buih
d.
Warna
e.
Kejernihan
f.
Berat jenis.
D.Cara
pemeriksaan
Cara
benedict
Alat dan Bahan
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Penjepit tabung
reaksi
3. Rak tabung
4. Pipet tetes
5. Corong
6. Pipet volume
7. Lampu spiritus/
Bunsen
8. Beker glass
Bahan :
1. 5 cc larutan benedict
2. Urine patologis
Cara Kerja
·
Siapkan
alat dan bahan.
·
Masukkan
larutan benedict ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 cc.
·
Campurkan
urin patologis 5 – 8 tetes ke dalam tabung yang telah berisi benedict.
·
Panaskan
tabung di atas spritus/Bunsen dan sambil dikocok perlahan sampai mendidih.
·
Dinginkan
dan amati terjadi perubahan warna atau tidak.
Cara menilai hasil :
ü Negatif
(-) : Tetap biru atau sedikit
kehijau-hijauan
ü Positif
(+) : Hijau
kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1% glukosa)
ü Positif
(++) : Kuning keruh (1-1,5% glukosa)
ü Positif
(+++) : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
ü Positif (++++) :
Merah keruh ( > dari 3,5 % glukosa)
Perhatian : membaca hasil harus segera setelah
diangkat dan dikocok bila dibiarkan lebih lama hasilnya akan lebih positif.
Contoh hasil
pengujian :
Keterangan :
glukosa dan fruktosa memiliki sifat pereduksi sehingga warna benedict berubah.
Sedangkan sukrosa tidak memperlihatkan perubahan berarti, karena tidak
mempunyai pereduksi. Pada gambar diatas sudah menunjukkan +4 karena berwarna
merah bata.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pemeriksaan
pada sampel urine untuk mengetahui ada tidaknya glukosa pada urine. Pada
pemeriksaan sangat dibutuhkan pada ibu hamil, karena pada pemeriksaan ini kita
dapat mengetahui resti pada ibu hamil, yaitu DM. Pada hasil pemeriksaan yang
mengandung Glukosa dan fruktosa maka memiliki sifat pereduksi sehingga warna
benedict berubah. Sedangkan sukrosa tidak memperlihatkan perubahan berarti,
karena tidak mempunyai pereduksi.
B.Saran
Dari hasil pemeriksaan sampel urine untuk mengetahui ada tidaknya
glukosa pada urine,kami selaku penulis menyarankan bahwa kita sebagai manusia
harus selalu menjaga kesehatan dan menjaga pola hidup kurangi makan yang
manis-manis.
DAFTAR PUSTAKA
Pusdiknakes,
2001. Buku 2 Asuhan Antenatal
http://mahasiswakedokteranonline.wordpress.com/tag/uji-glukosa/
http://princeskalem.blogspot.com/2012/01/prosedur-klinik-pemeriksaan-urine-ibu.htm
http://materiuas.wordpress.com/2010/01/26/pemeriksaan-laboratorium-glukosa-urine-dan-protein-urine-2/
http://catatanmahasiswafk.blogspot.com/2012/03/tes-glukosa-urine-tes-reduksi-benedict.html
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking