DAFTAR ISI
Daftar
isi
IMUNOKROMATOGRAFI
- Pengertian
- Jenis-jenis Imunokromatografi Assay
- Kelemahan dan Kekurangan
IMUNOASSAY
PADA PENYAKIT INFEKSI BAKTERIAL
- Imunoassay untuk Demam typoid
A.1.
Pemeriksaan widal metode kualitatif
A.2.
Pemeriksaan widal metod semikuantitatif
A.3.
Pemeriksaan widal metode tubex TF
- Immunoassay untuk penyakit Sifilis
B.1.
Pemeriksaan VDRL metode kualitatif
B.2.
Pemeriksaan VDRL metode semikuantitatif
B.3.
Pemeriksaan TPHA metode kualittatif diluen
B.4
Pemeriksaan TPHA metode kuantitatif
B.5.
Pemeriksaan RPR
IMUNOASSAY
UNTUK PENYAKIT INFEKSI JASAD RENIK
- Imunoassay untuk penyakit Rheumatoid Factor
A.1.
Uji ASO metode kualitatif
A.2.
Pemeriksaan RF/RA metode kuantitatif
A.3.
Pemeriksaan RF metode kualitatif
A.4.
Pemeriksaan RF metode semikuantitatif
IMUNOASSAY
UNTUK PENYAKIT INFEKSI VIRAL
- Imunoassay untuk Penyakit Hepatitis
A.1.
Tes HBsAg Metode Imunokromatografi
A.2.
Tes anti HCV Metode Imunokromatografi
A.3.
Tes anti HBS Metode Imunokromatografi
A.4.
Tes anti HAV
- Imunoassay untuk penyakit infeksi HIV/AIDS
B.1.
Tes HIV Metode imunokromatografi
B.2.
Tes HIV Metode Elisa
- Imunoassayy untuk Demam Berdarah Dengue
C.1.
Tes Dengue Metode Imunokromatografi
IMUNOASSAY
UNTUK PENYAKKIT LAINNYA
- Imunoassay untuk Pemeriksaan Narkoba
A.1.
Tes Narkoba Metode Imunokromatografi
- Imunoassay untuk Tes Kehamilan
B.1.
Pemeriksaan Plano Tes Metode Imunikromatografi
B.2.
Pemeriksaan HCG Metode langsung
- Imunoassay untuk Tes Golongan Darah
- A.1. Tes Golongan Darah Metode Aglutinasi
IMUNOKROMATOGRAFI
- Pengertian
Imunokromatografi
ASSAY (ICA) atau disebut juga aliran samping (lateral flow test) atau
dengan singkat disebut uji strip (strip test) tergolong dalam kelompok
imuno ASSAY berlabel sampel seperti imunofluerens (IF) dan imuno
enzim (EIA).
Imunokromatografi
assay (ICA) merupakan perluasan yang logis dari teknologi uji aglutinasi latex
yang berwarna yaitu uji serologi yang telah dikembangkan sejak tahun 1957
singes dan piots untuk penyakit Arthritisrheumatoid.
Disamping itu
imunokromatografi assay (ICA) merupakan uji laboratorium yang handal sehingga
amat dibutuhkan dinegara sedang berkembang. Imunokrimatografi assay tidak
membuktikan alat canggih (mikroskop kliorogens dan radio conts) untuk
membacanya cukup hanya dengan melihat adanya perubahan warna memakai mata
telanjang sehingga jauh lebih pratktis.
- Jejnis-jenis Imunokromatografi ASSAY
- HbsAg
- Plano test
- Narkoba
- Pemeriksaan dengue
- Pemeriksaan widal
- Pemeriksaan HIV
- Pemeriksaan HCV
- Pemeriksaan Anti HbsAg
- Kelemahan dan kekurangan
- Format yang disukai oleh pemakai (teknisy laboratorium)
- Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil tes amat singkat
- Stabil untuk jangka panjang dan dalam tantangan iklim yang luas
- Kerjanya amat praktis
- Baru dalam pemeriksan kualitatif belum kuantitatif
IMMUNOASSAY
TERAPAN
PADA PENYAKIT
INFEKSI BAKTERIAL
DEMAM TIPOID
- IMUNOASSAY UNTUK PENYAKIT DEMAM TIPOID
Demam tifoid
(typoid fever) atau yang lebih terkenal dengan penyakit tifus ini merupakan
suatu penyakit pada saluran pencernaan yang sering menyeran anak-anak bahkan
orang dewasa. Penyabab penyakit tersebut adalah bakteri salmonella typhi.
Gejalah-gejalah
yang kerap terjadi antara lain seperti nyeri pada perut, mual, muntah, demam
tinggi, sakit kepala dan diare kadang-kadang bercampur darah.
Penularan
penyakit tifus ini, pada umumnya itu di sebabkan oleh karena melaui makanan
ataupun minuman yang sudah tercemar oleh agen penyakit tersebut. Biasa juga,
karena penanganan yan kurang begitu higenis ataupun juga disebabkan dari sumber
air yang sering digunakan yang digunakan untuk menggunakan untuk sehari-hari.
Salmonella
merupakan kuman berbentuk batang gram negatif yang umumnya bererak dengan flagel
dan bersifat aerobic. Salmonella memiliki sedikitnya 5 macam anti gen, yaitu :
- Antigen o (antigen somatik), yang terletak pada lapisan luar pada tubuh kuman. Bagian ini tahan terhadap panas dan alcohol tetapi tidak terhadap formaldehid.
Lipopolisakarida
dari antigen O terdiri dari 3 regio sebagai berukut :
- Region I, mengandung antigen O spesifik atau antigen dinding sel dan merupakan polimer dari unit oligosakarida yang berulang-ulang. Antigen O ini berguna untuk pengelompokan serologis.
- Region II, terikat pada antigen O dan terdiri dari core polysaccharide serta merupakan sifat yan konstan dalam suatu genus Enterobacteriaceace tetapi berbeda antara genera.
- Region III, mengandung lipid yang terikat pada core polysaccharide yang merupakan bagian yang toksik dari molekul. Lipid A menempelkan lipopolisakarida pada membran permukaan sel.
- Antigen H (antigen flagela), yang terletak pada flagella, fimbrie atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alcohol.
- Antigen Vi, yang terletak pada kapsel (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis. Ketiga macam antigen tersebut diatas, didalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibody yang lazim tersebut agglutinin.
- Outer membrane protein (OMP), antige n OMP S.typhi merupakan bagian dari didin sel yang terletak di luar membrane sitoplasma lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap lingkungan sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan masuknya zat dan cairan kedalam membrane sitoplasma, dan berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan bakterisin.
- Heat hock protein (HSP) atau stress protein
Heat hock protein adalah protein yang memproduksi oleh jasad renik
dalam lingkungan yang terus berubah, terutama yang menimbulkan stress
pada jasad renik tersebut dalam usahanya mempertahankan hidupnya.
Sarana laboratorium untuk membantu menegakan
diagnosis demam tifoid dalam garis besarnya dapat digolongkan dalam tiga
komponen, yaitu :
- Isolasi kuman menyebabkan S. typhi, dari specimen klinis, seperti darah, sum-sum tulang, urin, tinja dan cairan duodenum.
- Imunoasay untuk malacak kenaikan kadar antibody terhadap antigen.S typhi menentukan adanya antigen spesifik dari S. typhi.
- Uji polymerase chain reaction (pcr) untuk melacak DNA spesifik dari S.typhi.
Pemeriksaan
laboratorium meliputi pemeriksaan hematologi,urinalis, kimia klinik .
imunoserologi, dan biologi molekuler. Pemeriksaan m,enunjukan untuk membantu
menegakkan diagnosis (adalkalanya bahkan menjadi penentu diagnosis), menetapkan
prognosis, memantau perjalanan penyakit dan hasi pengobatan serta timbulnya
penyulit.
Usaha yang
tertua untuk melacak adanya kenaikan titer kadar antibody terhadap S.typi yaitu
dengan cara penentuan titer agglutinii O dan II dengan uji widal yang telah di
pakai sejak tahun 1896. Uji widal yang menggunakan suspensi basil s.typhi atau
paratyphi untuk menentukan titer agglutinin dalam serum penderita demam
tifoid atau paratifoid, walaupun banyak mempunyai kelemahan, sampai sekarang
ini masih merupakan imunoasay yang paling banyak dipakai untuk menunjang
diagnosis demam typhoid di klinik.
Antigen dari uji widal :
- Antigen H (antigen flagella)
Di buat dari S. typhi yang motil dengan
permukaan koloni yang licin.
Kuman dimatikan dengan larutan formalin 0,1%
- Antigen O (antigen somatic)
Di buat dari strain
S. typhi yang tidak motil. Untuk membunuh kuman dipakai alkohol absolute
dan sebagai pengawet di pakai larutan phenol 0,5%. Sebelum dipakai konsentrasi
alcohol harus di encerkan sampai menjadi 12%.
- Antigen PA (S.paratyphi A)
Di buat dari strain S.paratyphi A. untuk
membunuh kuman dipakai formalin 0,1%.
- Antigen PB (S. paratyphi B
Dibuat dari strain S.paratyphi B. untuk
membunuh kuman di pakai formalin 0,1%.
Sebelum dipakai, suspense beberapa antigen
tersebut diatas harus diencerkan lebih dahulu dengan larutan salin normal
steril sampai mencapai kekeruhan sama dengan tabung nomor 3 dari Mc. Forland (3
unit Mc.farland yang sesuai dengan 9 x 10 kuman/ml).
Dalam memilih antigen untuk uji widal, di
anjurkan untuk memakai yang dibuat sendiri dari beberapa strain atau
faga salmonella yang ada didaerah endemis yang bersangkutan daripada beberapa
antigen baku yang dijual dipasaran dan dibuat dari beberapa strain dan
faga salmonella yang berasal dari Negara lain, sebab kurang sensitive dan
spesifik serta sering memberikan hasil negatif maupun positif semu. Sebaiknya
untuk satu provinsi dipakai satu jenis antigen yang dibuat dari beberapa strain
salmonella yang ditemukan diprovinsi yang bersangkutan. Untuk menurangi
hasil yang negative semu dipakai anigen yang multistrain daripada
antigen yang monostrain sebab antigen yang multistrain mempunyai
spectrum yang lebih luas.
TES LBORATORIUM
- Pemeriksaan widal (kualitatif)
- PRA ANALITIK
Judul : pemeriksaan widal
Tujuan : untuk mengetahui ada tidaknya antibody spesifik
terhadap antigen salmonella SP dalam serum.
Metode : slide
Prinsip : adanya antibody salmonella typhi dan
salmonella paratyphi dalam serum sampel akan bereaksi dengan antigen
yang terdapat dalam reagen widal. Reaksi dengan adanya aglutinasi.
Dasar teori : secara antigenis salmonella typosa di bagi
menjadi: antigen somatic atau antigen O, antigen flageller atau antigen H, dan
antigen Vi. Kegunaan pemeriksaan widal adalah mencari ada tidaknya zat anti dan
mengukur titer zat anti trehadap kuman salmonella Sp dalam serum penderita
tersangka. Typus abdominalis, antigen yang digunakan adalah suspense kuman
salmonella Sp dan proteus Sp yang telah dimatikan dan diolah menjadi antigen O
(antigen somatik) dan antigen H (antigen flagella). Jika salmonella masuk
kedalam tubuh maka anti O lebih cepat muncul dan membeeri respon dari pada anti
H, dan anti O lebi cepat hilang dari pada anti H.
Persiapan/alat
dan bahan:
- Serum
- Reagen Widal
- Rotator atau batang pengaduk
- Pipet tetes
- Slide
- ANALITIK
Cara kerja
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Pipet satu tets serum (20µ) keadaan lingkaran yang terdapat dalam slide dengan kode O,H,HA dan CP dan CN
- Tambakan masing-masing satu tetes reagen widal sesuia dengan kode slide, begitu pula pada CN dan Cp
- Campur antigen dan serum dengan batang pengaduk berbeda dan lebarkan kemudian goyang-goyangkan selama satu menit
- Amati reaksi yang terjadi.
- PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil :bi
- Posotif : Bila terjadi aglutinasi
- Negative : Bila tidak terjadi aglutinasi
- Pemeriksaan Widal (Semikuantitaif)
- PRA ANALITIK
Judul : pemeriksaan widalv
Tujuan : Untuk
mengetahui ada tidaknya antibody spesoifik terhadap antigen salmonella Sp dalam
serum
Metode :
Tabung
Prinsip :
adanya antibody salmonella typhi dan salmonella paratyphi dalam serum sampel
akan bereaksi dengan antigen yang terdapat dalam reagen widal. Reaksi dilihat
dengan adanya aglutinasi
Alat Dan Bahan
- Sampel serum
- Reagen widal
- NaCl 0,9%
- Tabung Reaksi
- Klinipet 100 ul + tips
- Pipet 1 ml
- Rak tabung
- ANALITIK
Cara Kerja :
- Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
- Susun 8 tabung reaksi di atas tabung untuk satu baris
- Tabung pertama diisi NaCl 0,9% ml
- Tabung kedua sampai pada tabung kedelapan diisi masing-masing 1 ml NaCl 0,9%
- Pipet 100 ul serum masukan kedalam tabung pertama tabung pertama dan homogenkan
- Pindahkan 1 ml isi tabung pertama kedalam tabung kedua ke tabung dan seterusnya sampai tabung ke tujuh
- Buang 1 ml isi tabung ketujuh
- Tambahkan 1 tetes reagen widal yang positif pada masing-masing tabung, sedangakan tabung kedelapan ditambakan 1 tetes control positif
- Inkubasi selama 24 jam pada suhu kamar
- Amati hasil reaksi.
- PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
- Positif : terjadi aglutinasi
- Negative : tidak terjadi aglutinasi
- Pemeriksaan Widal (Tubex TF)
- PRA ANALITIK
Judul : pemeriksaan widal
Tujuan : untuk mendeteksi demam typoid akut yang
disebabkan oleh salmonella typhi melalui deteksi spesifik adanya serum
antibody Ig M
Metode : invitro semikuantitatif
Prinsip : Tes diagnosis in-vitro semikuantitatif untuk
mendeteksi demam typhoid terhadap antigen S. typoid og lopopolisakarida denan
cara mengukur kemampuan serum antibody IgM tersebut dalam menghambat reaksi
antara antigen berlabel partikel latex magnetic, tingkat inhibisi yang
dihasilkan setara dengan konsentrasi antibody IgM dalam label skala
warna
Persiapan
- Alat
- Klinipet / pipet tetes
- Lempeng sumur
- Timer
- Pembanding warna
- Bahan
- Serum
- Specimen control
- Reagen coklat
- Reagen biru
- ANALITIK
Cara kerja
- Masukan 50 ul reagen coklat pada sumur 1 untuk control (-) sumur 2 untuk control (+) sumusr 3 unutk sampel
- Tekan control (-) pada sumur 1, control (+) pada sumur 2 dan sampel serum pada sumur 3
- Kocok selama 2 menit
- Tambakan reagen biru pada masing-masing sumur sebanyak 100 ul
- Homogenkan dengan cara sedot sumur 10 X
- Kocok dengan rotentor selama 2 menit
- Tungu selama 2 jam untuk mengendap (bias di bantu dengan menggunakan magnet)
- Amati warna yang terjadi
- PASCA ANALITIK
Iterpretasi Hasil
Warna alkan terbentuk biru, sampel coklat, hasil
di bandingkan dengan skala warna yang tersedia.
Sifiis
B. IMUNOASSAY UNTUK
PENYAKIT SIFILIS
Immunoassay untuk sifilis memegang peranan yang penting dalam diagnosis
laboratories dari penyakit sifilis ,sebab perjalanan penyakit lama dan sampai
dewasa ini T. pallidum belum berhasil untuk dibenihkan pada suatu media
perbenihan . sedangkan pemeriksaan secara langsung (mikroskopis) hanya dapat
dikerjakan pada bahan yang diambil dari lesi lues (ulcus durum,condylomata
lata,dan reseola) yang seringkali hanya muncul dalam waktu yang relative
singkat dan sering member hasil yang negative semu.
Suatu infeksi dengan suatu kuman,umumnya akan membangkitkan pembentukan
antibody pada tubuh penderita.Demikian juga halnya pada infeksi dengan
T.pallidum . pembentukan antibody pada penderita sifilis baru terjadi setelah
agak lama penderita menderita penyakit tersebut,yaitu dimulai pada akhir
stadium pertama atau permulaan stadium kedua.
Hal ini terutama disebabkan oleh karena kuman ini diliputi oleh suatu
selaput mucoid yang menyebabkan kuman ini menjadi kebal terhadap fagositosis.
Baru setelah kuman ini agak lama berada dalam tubuh atau telah menyebar ke
kelenjar lemfe regional(akhir stadium pertama), pembentukan antibody humoral
yang nyata mulai terjadi.
Dari segi imunoassai ,suatu infeksi dengan T .pallida.yang dikenal sebagai
penyebab dari sifilis akan menimbulkan 2 jenis antibody sebagai berikut :
- Antibody nontreponemal atau regain sebagai akibat dari sifilis atau penyakit infeksi yang lain. Antibody ini baru terbentuk setelah penyakit menyebar ke kelenjar limfe regional dan menyebabkan kerusakan jaringan. Antibody ini memberikan reaksi silang dengan beberapa antigen dari jaringan lain seperti misalnya dengan antigen lipoid dari ekstrak otot jantung.
- Antibody treponemal yang bereaksi dengan T.pallida. dan closelyrelatedstrains. Dalam golongan antibody ini dapat dibedakan 2 jenis antibody,yaitu:
- Group treponemal antibody, yaitu antibody terhadap antigen somatic yang dimiliki oleh semua Treponema.
- Antibody treponemal yang spesifik,yaitu antibody terhadap antigen spesifik dari T.Pallidum.
Macam
Imunoassai untuk sifilis
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas maka imunoassai untuk sifilis dapat
dibagi menjadi 3 golongan besar,yaitu :
- USS yang menggunakan regain sebagai antibody dan lipoid sebagai antigen. Termasuk di sini yaitu:
- VDRL(Veneraal Disease Research Laboratory);merupakan uji presipitasi.
- RPR(Rapid Plasma Reagin);merupakan uji flokulasi.
- CWR(Cardiolipin Wassermann);merupakan uji faksasi komplemen.
- Imunoassai yang mempergunakan beberapa strain saprofitik dari treponema. Reiter Protein Complement Fixation(RPCF);merupakan uji fiksasi complement.
- Imunoassai yang menggunakan T.pallid sebagai antigen. Termasuk disini adalah :
- Treponema pallidum Complement Fixation
- Treponema Wasserman (T-WR)
- Treponama pallidum immobilization (TPI)
- Treponema pallidum immobilization Lyzozym (TPIL)
- Treponema pallidum immobilization-Symplification
- Flurorescence Troponemal antibody-5 (FTA-5)
- FTA-200
- FTA-absorption
- FTAiinhibitori
- Treponema pallidum Hamagglutination (TPHA);merupakan uji aglutinasi
- Treponema pallidum immunoaneadhrence (TPIA)
- ELISA-Treponema pallidum
Sensitifitas dari immunoassai untuk sifilis tidaklah sama dalam setiap
stadium dari sifilis seperti tampak dalam table berikut;
Sensitifitas
pelbagai immunoassai untuk sifilis pada pelbagai stadium dari penyakit
sifilis(Olansky,1971)
Stadium penyakit
|
Uji serologis non
Treponemal
|
Uji serelogi
Treponemal
|
|||||
VDRL
|
CWR
|
TPI
|
FTA-Abs
|
ELISA
|
|||
Lues I
|
76%
|
65%
|
53%
|
86%
|
1005
|
||
Lues II
|
100%
|
100%
|
98%
|
100%
|
100%
|
||
Laten dini
|
95%
|
95%
|
94%
|
99%
|
100%
|
||
Laten lanjut
|
72%
|
65%
|
89%
|
96%
|
100%
|
||
Lanjut (tertiary)
|
70%
|
60%
|
93%
|
92%
|
98-100%
|
||
TES
LABORATORIUM
- PEMERIKSAAN VDRL
(Veneral Disease Research Laboratory)
- PRA ANALITIK
Judul : pemeriksaan VDRL(Veneral Disease Research Laboratory)
Metode : kualitatif
Tujuan : untuk menentukan ada tidaknya reaksi antara serum penderita dengan
antigen lipoid
Prinsip : adanya antibody regain (antibody non treponema) dalam serum
penderita akan bereaksi dengan antigen lipoid yang terkandung dalam reagen VDRL
membentuk presipitan.
Dasar teori : ada tiga jenis pemeriksaan sipilis yaitu VDRL (Veneral
Disease Reseach Laboratory) , RPR (Rapiud Plasma Reagin) , dan TPHA (Treponema
phalid hemaglutination). Untuk VDRL dan RPR mendeteksi antibody non
tropenema,sedangkan TPHA untuk mendeteksi antibody troponema phalida.
Pemeriksaan VDRL , yaitu pemeriksaan yang di pakai untuk penyakit sifilis.
Alat
dan Bahan :
- Slide
- Clinipet
- Batang pengaduk
- Centrifuge
- Tips
- Tissue
- Reagen VDRL
- Serum
- ANALITIK
Cara kerja:
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Pipet pada tempat berbeda 1 tetes serum sampel , control positif dan control negative
- Tambahkan masing-masing reagen VDRL lebarkan dan goyang-goyangkan ± 8 menit
- PASCA ANALITIK
Interpretasi
Hasil
- Reaktif (+) : jika terbentuk agregan besar ditengah dengan dipinggirlungkaran
- Weak (positif lemah) : jika agregatnya halus pada pinggir lingkaran
- Non Reaktif : jika terbentuk agregat
- PEMERIKSAAN VDRL
(Veneral
Disease Reseach Laboratory)
- PRA ANALITIK
Judul :
pemeriksaan VDRL (veneral Disease Reseach Laboratory)
Metode
: semikuantitatif
Alat
dan Bahan :
- Slide putih dengan 7 lingkaran
- Tips kuning
- Clinipet 50 ul
- Serum sampel
- NaCl 0,9%
- ANALITIK
Cara
kerja :
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Isilah NaCl 0,9% sebanyak 50 ul dari lingkaran 1-6
- Tambahkan pada lingkaran 1 dan 7 serum sampel sebanyak 50 ul,homogenkan lingkaran pertama dan pindahkan isi lingkaran pertama ke lingkaran ke-2n sebanyak 50ul,ddan seterusnya sampai pada lingkaran ke-6.
- Buang isi lingkaran ke-6 sebanyak 50ul
- Tambahkan masing-masing lingkaran dengan reagen VDRL ,sebanyak 1 tetes,goyang-goyangkan selama ± 8 menit dan baca hasilnya.
- PASCA ANALITIK
Intrepetasi
hasil:
- Reaktif(+) : jika terbentuk agregan besar ditengah dan dipinggir lingkaran.
- Weak (positif ± lemah) : jika agregatnya halus pada pinggir lingkaran
- Non reaktif (-) : jika terbentuk agregat
- PEMERIKSAAN TPHA
(Treponema phaliuda Hemaglutinasion)
- PRA ANALITIK
Judul :
pemeriksaan TPHA(Treponema phaliuda Hemaglutination)
Metode
: kualitatif diluen
Tujuan
: untuk mengetahui adanya treponema phalidium dalam serum
Prinsip
: adanya antibody spesifik dalam serum penderita akan bereaksi dengan antigen
T.palidium yang dilapiskan pada sel darah merah. Reaksi positif(reaktif)
ditandai dengan adanya aglutinasi
Dasar
teori : shipilis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh T.palidum dan
dapat menyerang semua organ yang ada dalam tubuh manusia terutama
kordiopaskuler,otak dan susunan saraf. Infeksi pada manusia biasanya disebabkan
oleh kontak seksual.
T.Palidum
dalam tubuh berkembang dalam 3 tahap:
- Muncul bintik-bintik jerawat yang tidak sakit(chancer)atau borok,pada laki-laki dizakar,pada perempuan dileher rahim/payudara,2-6 minggu setelah infeksi
- Timbul bintik-bintik merah dikulit,telapak kaki,tangan dan selaput membrane,kurang enak badan,napsu makan berkurang,sakit kepala dan demam.
- Tahap laten (penyakit menjadi pasif dalam waktu tertentu),menyerang otak dan jantung menyebabkan kematian,bias ditularkan melalui plasenta.
Alat dan Bahan
- Tabung reaksi
- Clinipet 10 ul,50 ul,dan 100 ul
- Tips kuning
- Diluents
- Control cells
- Control reaktif
- Control non reaktif
- Serum sampel
- ANALITIK
Cara kerja :
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Siapkan 3 buah tabung reaksi untuk 1 baris
- Pipet 190 ul diluent kedalam tabung 1 (baris datar)
- Tambahkan 10 ul serum sampel/control positif dan control negative
- Pindahkan 25 ul kedalam tabung 2 dan 3
- Tambahkan 75 ul control cells pada tabung 2 dan 75 ul tes cells pada tabung 3 dan campur
- Diamkan selama 450-600C pada suhu ruangan.
- PASCA ANALITIK
Interpretasi
hasil :
- Reaktif (+) : jika terjadi aglutinasi
- Non reaktif (-) : tidak terjadi aglutinasi
“catatan jika hasil reaktif maka hasil reaksi
dilanjutkan ke kuantitatif”
- PEMERIKSAAN TPHA(Treponema phaliuda Hemaglutinasion)
- PRA ANALITIK
Judul :
pemeriksaan TPHA(Treponema phaliuda Hemaglutinatinasion)
Metode
: kuantitatif
Alat dan bahan
- Tabung reaksi 5 buah + rak tabung
- Klinipet 10 ul,50 ul dan 100 ul
- Tips kuning
- Diluents
- Tes cell
- Control reaktif
- ANALITIK
Cara
Kerja :
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Siapkan 5 buah tabung dalam rak
- Ambil tabung serum sampel 10 ul + 190 ul diluents pada kualitatif tadi yang volumenya tinggal 150 ul (tabung 1)
- Isi tabung ke-2 dengan 6 sebanyak 25 ul dan campur
- Transfer dari tabung 1 ke tabung ke 2 sebanyak 25 ul dan campur
- Transfer lagi dari tabung 2 ke tabung 3 seterusnya hingga tabung ke-5
- Tambahkan masing-masing 75 ul tes cells dari tabung 1 sampai tabung 5
- Inkubasi pada suhu ruangan 45-600C
- PASCA ANALITIK
Interprestasi
Hasil :
- Positif (+) : terjadi aglutinasi
- Negative (-) : tidak terjadi aglutinasi
- Pemeriksaan RPR (Rapid Plasma Reagin)
- PRA ANALITIK
Judul : pemeriksaan RPR (Rapid
Plasma Reagin)
Metode : semikuantitatif
Prinsip
: Adanya antibody Reagin (antibody non troponema)dalam serum penderita akan
bereaksi dengan antigen lipoid terdiri dari mikro partikel charcoal (carbon)
membentuk presipitasi.
Alat
dan Bahan :
- Serum sampel
- NaCl 0,9%
- Slide putih dengan 7 lingkaran (pakai 2 slide putih)
- Klinipet 50ul
- Tips kuning
- ANALITIK
Cara
kerja :
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Siapkan slide putih
- Pipet NaCl 0,9% sebanyak 50ul dari lingkaran 1-6
- Tambahkan serum sebanyak 50ul pada lingkaran 1-7
- Campur isi lingkaran 1a dan pindahkan ke lingkaran ke-2 dan seterusnya sampai lingkaran ke-6 sebanyak 50ul
- Tambahkan reagen RPR pada masing-masing lingkaran sebanyak 1 tetes
- Rotator selama ± 8 menit,baca hasilnya
- PASCA ANALITIK
Interpretasi
Hasil
- Reaktif (positif +) jika terbentuk agregat besar ditengah dan dipinggir lingkaran.
- Weak (positif ± lemah)jika agregatnya halus pada pinggir lingkaran
- Non reaktif(negative -)jika tidak terbentuk agregat
Penulisan
hasil
Amati
lingkaran yang terjadi aglutinasi dengan memperhatikan titernya:
Lingkaran
|
Titer
|
1
|
½
|
2
|
¼
|
3
|
1/8
|
4
|
1/16
|
5
|
1/32
|
6
|
1/64
|
7
|
1/128
|
Tulis hasil dengan
menentukan lingkaran paling akhir yang menunjukkan adanya aglutinasi.
IMUNOASSAY
UNTUK PENYAKIT YANG BERKAITAN
DENGAN INFEKSI JASAD RENIK
DEMAM REMATIK
- IMUNOASSAY UNTUK MELACAK RHEUMATOID FACTOR (RF)
Factor
rematoid (RF) petama kali ditemukan oleh Wolker (1940), dan Rose et.al (1948),
sebagai immunoglobulin dalam sera penderita dengan arthritis trematoid yang
dapat mengaglutinasi sel darah merah domba yang di lapisi IgG kelinci.
Factor
rematoid adalah suatu antibody (IgG,atau IgA) yang ditunjukan terhadap IgG
(anti IgG), dan berbentuk dalam stadia yang agak lanjut daroi penyakit
arthritis rematoid; biasanya setelah penderita penyakit lebih dari stengah
tahun.
Pathogenesis
dari penyakit arthritis rematoid, dan mekanisme pembentukan factor rematoid
masih belum diketahui dengan tepat (masih merupakan hipotensis).
Arthritis
rematoid adalah suatu penyakit radang sendi yang di timbulkan oleh suatu
kelainan pada proses regulasi imun (immune regulation) yang kelainan
imunopatologisnya disebabkan oleh kegagalan dalam koordinasi dari beberapa
fungsi imunitas mediasi seluler (cell mediated immunity) terhadap suatu antigen
di dalam sendi(intra-arthicular) yang berasal dari luar. Antigen penyakit ini
sampai sekarang belum diketahui dengan tepat, dan oleh karena itu sering di
sebut antigen x.
Akhir-akhir
ini sering-sering dikemukakan bahwa ada hubungan yang positif, antara arthritis
rematoid dan infeksi dengan virus Epstein-Barr(EBV). Antigen x yang masuk
kedalam sendi akan diproses oleh beberapa sel imunokompeten dari sinovia sendi
sehingga merangsang pembentukan anti bodi terhadap antigen x tersebut. Antibody
yang dibentuk dalam beberapa sendi ini terutama dari kelas lgG walaupun kelas
dari Ab yang lain juga terbentuk.
Pada beberapa
penderita dengan arthritis rematoid, secara genetic, didapatkan adanya kelainan
dari sel liimfosit T-Suppressor-nya sehingga tidak dapat menekan sel limposit
T-Helper. Dengan akibat timbulnya rangsangan yang berlebihan pada sel plasma
sehingga terjadi pembentukan antibody yang berlebihan pula. Dalam jangkka waktu
yang lama hal ini akan menyebabkan gangguan glikosilsi lgG sehingga terbentuk
lgG yang abnormal, dan menimbulkan pembentukan otoantibodi yang dikenal sebagai
factor rematoid (lgG,lgA, lgE, lgM, dan anti lgG)lgG yang abnormal tersebu akan
difagositosis oleh magrofag atau APC yang lain. Didalam APC ,lgG tersebut akan
diproses namun pada orang normal tidak menimbulkan respon imun sebab bahan yang
berasal dari tubuh sendiri tidak dapat membangkitkan molekul kostimulatoris B7
pada permukaan APC sehingga tidak dapat terikat pada molekul CD28. Pada
penderita rematoid arthritis,oleh karena HLA-nya terjadi peningkatan kadar
molekul kostimulatoris B7-1 dan B7-2, sehingga dapat mengikat molekul CD-28 dan
menimbulkan respon imun CD4 Th 2 yang menghasilkan otoantibodi ,yaitu anti-lgG
atau factor rematoid.
Umumnya factor
rematoid baru terbentuk setelah penderita menderita penyakit lebih dari 6 bulan
, tetapi dapat pula terjadi lebih awal atau sesudah waktu yang lama. Dalam
tahap selanjunya antibody tersebut (terutama lgG) akan mengadakan ikatan dengan
antigen x dalam bentuk kompleks imun lgG. Kompleks imun ya ng terjadi akan
mengaktifkan komplomen dan menimbulkan kemotaksin yang menarik leukosit
polimorfonukleat (PMN) ke tempat proses.PMN ini akan menadakan fagositosis
kompleks imun tersebut, dan mengalami kerusakan atau mati dengan akibat
pengeluaran enzim lysozim yang dapat merusak tulang rawan sendi.
Pengendapan
kompleks imun disertai komplomen pada dinding sendi juga dapat menyebabkan
kerusakan sendi. Beberapa peneliti melaporkan bahwa jaringan sinovia sendi (sel
dendritik abnormal) yang mengalami artrutis rematoid mengeluarkan enzim
collagenase dalam jumlah yang cukup besar sehingga dapat menyebabkaan kerusakn
tulang rawan sendi yang tak dapat pulih lagi(irreversible).
TES LABORATORIUM
- UJI ASO (Anti Streptolisin O)
- PRA ANALITIK
Judul : UJi ASO (ANti Streptolisin O)
Metode : kualitatif
Tujuan : untuk mengetahui adanya antibody streptolisin dalam serum
Prinsip : partikel latex polystyrene yan dilapisi
streptolisin O sebagai antigen akan bereaksi secara imunologis dengan antibody
anti streptolisin O yang terdapat dalam serum sampel. Reaksi ini ditunjukan
dengan adanya aglutinasi dari partikel latex.
Dasar Teori : sterptococus adalah bakteri yang terdiri dari
kokus gram positf yang berdiameter 0,5 dalam bentuk rantai yang khas kokus agak
memanjang pada arah sumbu rantai. Streptococcus bakteri ini menghasilkan zat
ekstraseluler dan enzim-enzim. Lebih dari 20 ekstra seluler yang bersifat
antigen dihasilkan oleh streptococcus golongan A (streptococcus pyogenes) yang
berhubungan dengan invasi lokal dan sistemik dan kehilangan pasca sterptococus
disebabkan oleh reaksi-reaksi imunologi.
Zat-zat ekstra
seluler terdiri dari streptolisin, hialuronidase streptokinase dan NA dase.
Zat-zat yang paling penting/spesifik adalah streptolisin adalah enzim hemoltik
yang dibentuk oleh streptococcus grup A beta hemolytcus yang terdiri dari O dan
streptolisin S, Streptolisin O adalah suatu toksin yang terdiri protein dengan
berat molekul 60.000 dalton aktif dalam suasana anaerob dan dalam tereduksi
melisiskan sel darah merah dan dengan cepat tidak aktif bila teroksidasi.
Toksin ini menyebabkan dibentuknya zat anti streptolisin O (ASO), streptolisin
S adalah suatu toksin yang mempunyai berat molekul 20.000 dalton, bersifat
antigen lemah karena didalamnya hanya mengandung polipaptida dengan berat
molekul 2,800 dalton.
- Alat dan Bahan
- Centrifuge
- Slide test
- Pipet tetes
- Batang pengaduk
- Serum
- Reagen latex
- Control positif
- Control negative
- ANALITIK
Cara kerja
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Ambil darah vena pasien kemudian buat serum dengan cara putar pada sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 3 menit
- Pada slide test yang telah diberi tanda masing-masing, teteskan control posotif, control negatif dan serum
- Tanbahkan masing-masing reagen latex
- Masing-masing dihomogenkan dan ratakan sampai garis tanda seperti pada gambar dibawah ini
Control (-) serum Control (+)
Latex latex latex
Homogenkan
- PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
- Positif : terjadi aglutinasi
- Negative : tidak terjadi aglutinasi
- pemeriksaan Rf (Rematoid Factor) / RA (Rheumatoid Arthritis)
- PRA ANALITIK
Judul : pemeriksaan rematoid factor
Metode : untuk mengetahui adanya RF dalam serum yaitu
immunoglobulin antibody yang dapat mengikat antibodi lainnya.
Prinsip : antibody RF (serum) + Reagen latex
(anti-antibodi) = aglutinasi
Dasar teori : rematoid factor adalah immunoglobulin antibody
yang dapat mengikat antibodi lainnya. Penyakit ini merupakan penyakit auto imun
dan salah satu penyebabnya adalah rematoid arthritis, dimana sel T supresor
tidak menekan pembentukan antibodi dan terjadi glikolisasi (kerusakan struktur)
sehingga terbentuk antigen dan dan merespon antibodi baru sehingga terjadi
pengendapan dan pengaktifan komponen dan kemudian memancing terjadinya enzim
dan merusak tulang. Penyakit ini adalah penyakit auto imun non organ spesifik
karena kegagalan ototoleransi ditunjukan terhadap elemen jaringan tubuh.
- Alat dan Bahan
- Slide
- Klinipet
- Tips
- Sentrifuge
- Batang pengaduk
- Serum
- Reagen latex
- Control positf
- Control negatif
- ANALITIK
Cara Kerja
- Siapkan alat dan bahan
- Dengan menggunakan klinipet pipet 40 ul dari tiap-tiap tabung pengenceran kemudian teteskan pada slide dengan latar hitam
- Tambahkan masing-masing reagen latex sama banyak
- Pada slide yang lain buat control positif dan control negatif sebagai pembanding dengan cara
Slide 1 control positif + reagen latex
Slide 2 control negatif + reagen latex
Latex latex 2/4 (40 ul) 1/8
(40 ul) latex
1/16 (40
ul) 1/32 (40 ul)
- Campur dengan gerakan memurat beberapa detik hingga campuran tersebut menyebar keseluruh tubuh arah lingkaran
- Putar perlahan selama 1 menit dan amati aglutinasi yang terjadi
- PASC ANALITIK
Interpretasi Hasil
- Positif : terjadi aglutinasi
- Negatif : tidak terjadi aglutinasi
- Pemeriksaan RF (Rematoid factor) / RA (Rheumatoid)
- PRA ANALITIK
Judul : pemeriksaan rematoid factor
Metode : kualitatif
Prinsip : adanya reaksi antara rheumatoid factor yang
terdapat dalam serum penderita denga II uman Imunoglobulin G (IgG) yang
dilapiskan pada partikel latex polystyrene reaksi positif dilanjutkan
dengan adanya aglutinasi pada partikel latex.
Alat Dan Bahan
- Slide
- Pipet tetes
- RA latex
- Serum
- Batang pengaduk
- ANALITIK
Cara kerja
- Siapkan alat dan bahan yang akan dugunakan
- Pipet pada tempat berbeda kedalam slide
- Sampel serum 1 tetes
- Control positif 1 tetes
- Control negative 1 tetes
- Tambahkan masing-masing 1 tetes RA latex
- Campur menggunakan batang pengaduk dan goyang-goyang selama 2 menit
- Amati reaksi yang terjadi
- PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
- Positif : terjadi aglutinasi
- Negative : tidak terjadi aglutinasi
- Pemeriksaan RF (Rematoid Factor)/ RA (Rheumatoid Arthritis)
- PRA ANALITIK
Judul : pemeriksaan rematoid factor
Metode : semikuantitatif
Alat dan Bahan
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Pipet tetes
- Batang pengaduk
- Klinipet 100 ul
- Tips kuning
- RA latex
- Buffer Glisine
- Serum
- ANALITIK
Cara kerja
- Siapkan alat dan bahan yang digunakan
- Encerkan buffer glisisne dengan aquadest 1 : 9
- Susun 5 tabung reaksi dan isi masing-masing tabung dengan buffer glisine sebanyak 100 ul
- Tabung kedua ditambahkan 100 ul, homogenkan lalau pindahkan 100 ul ketabung kedua homogenkan dan seterusnya sampai pada tabung kelima
- Amati reaksi yang terjadi
- PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
Untuk mendapatkan konsentrasi RF, Kalikan titer
dengan factor konfersi yaitu 8 IU/ml.
HEPATITIS
- IMUNOASSAY UNTUK PENYAKIT INFEKSI HEPATITIS
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati yang memberikan
lemah badan, mual ,kencing, seperti air the disusul dengan mata dan badan
menjadi kuning. Tidak semua penyakit hepatitis mempunyai bentuk yang klasik
seperti ini. Ada hepatitis yang tidak nyata (inapparent hepatitis), ada yang
tanpa ikterik,ada bentuk yang jiank(bening)dan ada yang ganas (fulminan).
Hepatitis dapat disebabkan oleh virus (penyebab terbanyak), bakteri (salmonella
typhy), obat-obatan racun(hepatotoksik)dan alcohol.
Kini telah dikenal beberapa virus penyebab peradangan hati yaitu : virus
hepatitis A (VHA), Virus hepatitis B(VHB),virus hepatitis C(VHC,non A non B),virus
hepatitis D(VHD),Virus hepatitis E(VHE)dan virus hepatitis G(VHG).
Hepatitis virus yang banyak dikenal oleh para klinisi adalah hepatitis
A,B,dan C oleh karena itu akan dibahas lebih rinci dari aspek serologi.
- Virus hepatitis A(VHA)
Hepatitis A merupakan penyakit hepatitis akut yang sering dijumpai pada
beberapa usia muda. Penularan penyakit ini terjadi secara oral melalui makanan
dan minuman yang tercemar(oral-faecal)
Penyakit ini umumnya member gejala klinis yang akut,dan jelas namun hamper
semuanya akan sembuh tanpa bekas.
- Struktur antigen Virus Hepatitis A
Virus hepatitis A merupakan virus RNA yang tergolong dalam virus picorna.
Virus hepatitis A merupakan partikel dengan diameter 27 nm, berbentuk
okosahedral dan tidak berbungkus. RNA dari virus ini diliputi oleh kapsid yang
terdiri dari polipeptida virus : VPI sampai dengan VP4.
Dibawah mikroskop electron tampak “penuh”atau “kosong”. Lipid bukan
merupakan komponen integral dari virus Hepatitis A yang stabil dengan
pengelohan eter, asam dan panas (560C selama 30 menit).
Infektifitanya dapat dipertahankan selama bertahun-tahun pada suhu 200C.
HAV mengandung 3 polipeptida utama dengan berat molekul 34.000,25.000 dan
23.000 sama seperti yang dimiliki oleh virus Entero.
- Imunopatogenesis
Infeksi dari virus Hepatitis A terjadi secara oral-faecal dengan
waktu inkubasi 2-6 minggu. Virus hepatitis A sudah dapat ditemukan dalam tinja
penderita yang terinfeksi sejak masa inkubasi, dan baru menghilang pada minggu
ketiga setelah sakit.
Dari mukosa usus virus tersebut masuk ke dalam sirkulasi darah ,namun
stadium viremia ini hanya berlangsung selama kurun waktu yang amat pendek.
Selanjutnya virus tersebut akan menginfeksi sel hepar,dan menyebabkan beberapa
gejala klinis dari Hepatitis A.Hampir semua penderita dengan Hepatitis A akan
sembuh sempurna tanpa komplikasi yang berarti.
Masuknya virus Hepatitis ini kedalam tubuh penderita akan merangsang
beberapa sel imunokompeten dari tubuh untuk membentuk antibody.
Antibody yang pertama dibuat ,dan amat patogmonik untuk Hepatitis A aialah
lgM anti-HAV. Titer dari lgM anti-HAV akan terus meningkat, dan mencapai
puncaknya satu minggu setelah timbulnya gejala penyakit, kemudian titer akan
turun secara perlahan-lahan dan mencapai negative setelah minggu kedelapan ,dan
diganti oleh lgG anti-HAV.
LgG anti-HAV mulai timbul setelah fase akut dari Hepatitis A lewat.
Titernya umumnya meningkat dalam 3-6 bulan setelah infeksi, dan mencapai
puncaknya 1-2 bulan setelah timbulnya gejala penyakit. Antibody ini bertahan
lama sampai bertahun-tahun, bahkan sampai seumur hidup.
Dari segi diagnostic adanya lgG anti-HAV tidak memegang peranan yang
berartiuntuk menyatakan adanya penyakit yang akut, namun mempunyai arti yang
penting sebagai petunjuk timbulnya kekebalan.
- Virus Hepatitis B
Hepatitis virus B merupakan radang hati yang disebabkan oleh infeksi dengan
virus Hepatitis B(VHB atau HBV) , yaitu suatu virus hepadna. Marka serologic
pertama ditemukan pada penduduk asli Australia oleh Blumberg dan kawan-kawan
pada tahun 1965 dan disebut sebagai Australian antigen (Au Ag).
Pada tahun 1968, prince kemudian melaporkan adanya hepatitis B surface
antigen (HBsAg) pada penderita serum hepatitis yang akhirnya dikenal sebagai
virus hepatitis B yang identik dengan Australian antigen. Ada beberapa
macam subtype HBsAg yaitu: adw ,ayw, adr dan ayz yang amat penting untuk
epidemologi penyakit. Hepatitis B masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
di Indonesia.
Perubahan serologi pada VHB di mulai dengan timbulnya HBsAg / H beAg / HBV-DNA
dalam darah/serum yang sering mendahului peningkatan aktvitas transaminase,
kemudian berturut-turut disusul dengan timbulnya lgM anti HBc dan anti HBs.
Perubahan biokimiawi maupun serologic adanya infeksi VHB, umumnya akan kembali
normal dalam 6 bulan. Dikatakan kronis bila perubahan biokimiawi dan serologic
menetap >6 bulan.
- Struktur Antigen Virus Hepatitis B
Virus Hepatitis B (VHB) yang dikenal sebagai partikel Dane (diameter 42nm),
termasuk dalam family Hepadana. Virus ini hanya dapat menimbulkan infeksi pada
manusia dan Champanse saja.
Dalam darah individu yang terinfeksi dengan VHB terhadap partikel Dane dan
dua buah partikel berbentuk lain, yang satu berbentuk tubular dan yang lain
berbentuk bulat dengan diameter 22nm.
Partikel Dane terdiri beberapa bagian yang amsing-masing memiliki
antigenitas tersendiri.
Bagian paling luar yang merupakan selubung dikenal sebagai Hepatitis B
surface antigen (HBaAg). Bagian sebelah dalamnya yang merupakan inti atau
core dari virus mengandung hepatitis core antigen (HBcAg), dan Hepatitis Be
antigen (HBeAg), partially double stranded DNA, DNApolimerase (DNA-p)
dan suatu aktifitas polymerase.
- Imunopatogenesis
Penularan VHB dapat terjadi melalui 2 pola,yaitu pola vertical dan pola
horizontal. Pada pola vertival infeksi terjadi dari ibi hamil dengan HBsAg
positif pada anak yang dilahirkannya pada saat persalinan (penularan
perinatal).
Masuknya VHB kedalam tubuh anak biasanya terjadi melalui abrasi kulit bayi
akibat trauma kehamilan atau dapat juga melalui air ketuban yang masuk dalam
mulut anak.
Pada pola horizontal infeksi VHB dapat melalui luka dikulit atau selaput
lender, misalnya melalui suntikan, trnsfusi darah, alat operasi ,tusuk jarum,
pembuatan tattoo,tindik,luka pada selaput lender mulut, hidung, saluran pencernaan
makanan bagian bawah ,mata atau genitalia (hubungan intim).
VHB dapat ditemukan pada beberapa cairan tubuh seperti saliva, ASI, cairan
amnion, keringat,secret vagina dan air mata.
Setelah VHB masuk ke dalam tubuh penderita yang tidak memiliki kekebalan
terhadap VHB, poly-human serum albumin receptor (PAR) yang terdapat pada
permukaan HBsAg akan mengikat poly-human serum albumin (poly HSA) yang
disebut oleh hepatosit. Dalam tahap selanjutnya poly-HAS yang sudah diikat oleh
PAR dari VHB dari suatu kutubnya akan diikat oleh PAR yang terdapat dipermukaan
hepatosit pada kutubnya yang lain. Setelah itu VHB masuk ke dalam sitosol dari
hepatosit.
Didalam sitosol dari hepatositt ,protein VHB yang diproduksi oleh sel
hepatosit yang terinfeksi akan dipecah menjadi peptide yang akan diambil oleh
reticulum endoplasma, yaitu tempat molekul MHC kelas 1 dibuat, dan mengikat
serta mengangkut fragmen peptide tersebut ke permukaan hepatosit.
Bila ada limposit T CD8 yang lewat maka kompleks antigen-MHC kelas 1 akan
dianggap oleh reseptor yang ada dipermukaan limposit CD8 dan menimbulkan signal
pada sel limposit tersebut sehingga sel tersebut menjadi aktif, dan melepaskan
sitokin yang dapat menghancurkan seluruh sel yang terinfeksi beserta isinya.
Beberapa sel hepatosit yang rusak tersebut akan melepaskan enzimnya sehingga
kadar SGOT,SGPT, bilirubin dan gamma-GT dalam serum meningkat.
Waktu inkubasi VHB terentang antara 6 minggu sampai 6 bulan. Bila seseorang
individu mengalami infeksi VHB maka ada tiga kemungkinan utama yang dapat
terjadi, yaitu:
- Hepatitis akut (20% dengan gejala hepataitis akut yang nyata dan 80% berjalan subklinis)
- Hepatitis menahun
- Pengidap VHB sehat
HBsAg biasanya positif selama beberapa gejala klinis dari penyakit masih
ada, dan baru menghilang beberapa minggu (1-12 minggu) kemudian HBsAg yang
menetap lebih dari 6 bulan merupakan petunjuk dari infeksi HBV yang menahun
atau penderita akan menjadi VHB (carrier) yang sehat.
Pada orang dewasa sekitar 10% akan menjadi pengidap menahun,sebaiknya pada
golongan anak,85-95% akan menjadi pengidap menahun. Dari pengidap VHB yang
menahun, 67% akan berrkembang menjadi serosis hati,dan sebagian besar menjadi
kanker hati.
- Virus Hepatitis C(VHC)
Hepatitis C adalah hepatitis viral yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (vhc=hcv),
dan tergolong dalam kelompok hepatitis non-A ,non-B(NANB). Hepatitis viral inoi
sering terjadi setelah transfuse darah atau pemberian komponen darah sehingga
pada masa yang lalu hepatitis C ini disebut sebagai post transfusion NANB
hepatitis.
Dibeberapa daerah didapatkan hepatitis non-A non-B yang tidak mempunyai
riwayat transfuse, dan disebut sebagai hepatitis sporadic atauu acquired
community. Dari penelitian selanjutnya ternyata 40-50% dari penderita
hepatitis ini menunjukkan antibody anti-HCV yang positif.
Pada umunya hepatitis C member gejala klinis yang relative ringan bahkan
sering tanpa gejala namun mempunyai kecenderungan untuk menjadi menahun atau
serosis hati yang lebih besar bila dibandingkan dengan hepatitis viral yang
lain.
- Stuktur Antigen Virus Hepatitis C
Virus hepatitis C merupakan virus RNA dengan genom berantai tunggal, dengan
polaritas positif, diameter 30-60nm, dan panjang sekitar 10kb. VCH merupakan
virus yang peka terhadap pelarut organic seeperti kloroform, terbungkus oleh envelop
lipid dan termasuk dalam family antara flavivirus dan pestivirus. Genom VHC
terdiri dari sekitar 9413 nukleotida dan mengkode sekitar 3010 asam amino.
Menurut beberapa peneliti
terdapat enam genotip strain VHC. Di Indonesia genotip yang sering dijumpai
adalah subtype 1b, dan subtype 1 baru yang tidak didapatkan di Negara lain.
Genotipe VHC yang sering dijumpai di Surabaya adalah subtype 1b, subtype 1
baru, 2a dan subtype baru dari tipe 3.
Genom VHC terdiri dari 3 bagian utama sebagai berikut :
- Region non-coding ,terdiri dari 340 nukleotida dan belum banyak diketahui funggsinya,
- Region structural, terdiri dari region nukleokapsid atau core (c), dan region envelope(surface=s),dan
- Region non structural (NS), terdiri dari NS 1-NS5 dan sebagian fungsi NS 2-NS5 tiddak diketahui.
- Imunopatogenesis
Masa inkubasi dari Hepatitis C berkisar antara 2-20 minggu dengan puncaknya
antara 6-12 minggu dan rerata sekitar 7-8 minggu.
Respon imun yang terjadi setel;ah masuknya VHC kedalam hepatosit, sama
dengan respons imun penyakit yang lain, yaitu respons imun terhadap jasad renik
intraseluler dalam sitosol dari sel yang terinfeksi. Antigen dari virus yang
dibuat di dalam sitosol hepatosit akan merangsang MHC kelas 1 untuk membuat
polipeptida yang mengangkut antigen tersebut ke permukaan sel untukdiikat oleh
reseptor ddari limposit T CD8 sehingga sel ini teraktivasi.
Limposit TCD8 yang teraktivitas tersebut akan mengeluarkan sitokin yang
menghancurkan sel hepar, dan virus yang berada didepannya. Akibatnya akan
terjadi peningkatan kadar ALT dalam serum penderita yang sering kali disertai
oleh viremia. Beberapa menduga bahwa VHC dapat merusak sel hati secara lansung
(directly cytopathic) sebab ada kaitan antara beratnya kerusakan sel
hati dengan banyaknya virus.
Pola fluktuasi ALT serum pada hepatitis C khas periode peningkatan ALT di
selingi oleh periode ALT yang normal atau mendekati normal. VHC atau beberapa
bagian virus yang berada ekstraseluler dapat ditangkap oleh beberapa reseptor
pada permukaan limfosit B, dimasukan kedalam vokuol, dan diproses, lalu
dipaparkan pada permukaan limfosit B dan ditangkap oleh reseptor limfosit T CD4
Th2. Sel CD4 Th2 yang teraktivitasi akan mengalami transformasi blas menjadi
sel plasma yang mensekresi antibody spesifik terhadap antigen VHC. Serenkonversi
sel plasma yang mensekresi antibody spesifik terhadap antigen VHC. Serekonversi
biasanya terjadi 11-12 minggu setelah infeksi, behkan dengan uji anti-HCV
generasi II, antibody tersebut dapat dilacak 7-8 minggu setelah infeksi. Namun
pada beberapa kasus, antibody tersebut baru timbul setelah infeksi berjalan
setelah 6-12 bulan.
Antibody pertama yang biasa timbul adalah antibody terhadap core,
dan biasanya dapat dilacak sesaat sebelum atau bersamaan dengan peningkatan ALT
serum.
Antibody terhadap NS 3 biasanya timbul bersamaan atau sesaat setelah
antibodi terhadap protein core, namun kadang kala (anti-C33c) dapat juga
timbul sebelum anti-core, dapatdideteks.
Anti –C 100-3 (NS4) baru timbul 10-15 minggu setelah peninghktan ALT.
Hepatitis Cdikatakan menjadi menahun bila kenaikan kadar ALT serum dan anti-HCV
positif terjadi lebih dari 6 bulan atau 1 tahun’
Factor yang berperan dalam perubahan hepatitis C akut menuju menahun yaitu
tingginya kadar ALT, sifat polifaksin, usia lanjut dan gangguan imunologis.
- TES LABORATORIUM
- Pemeriksaan HbsAg
- PRA ANALITIK
Judul : pemeriksaan HbzAg Rapid test
Metode : imunokromatografi
Tujuan : untuk mengetahui adanya virus hepatitis B dalam serum penderita
Prinsip : imunokromatografi
dengan prinsip serum yang diteteskan pada bantalan sampel bereaksi dengan
partikel yeng telah dilapisi dengan anti HBs (antibodi). Campuran ini
selanjutnya akan bergerak sepanjang strip membran untuk berikatan dengan
antibody spesifik. Pada daerah tes, sehingga akan menghasilkan garis warna.
Dasar teori : HBsAg merupakan
suatu tahap secara kualitatif yang menggunakan serum atau plasma dimana
bertujuan untuk mendeteksi adanya HBsAg dalam serum atau plasma membrane yang
dilapisi dengan anti HBsAg antibody pada daerah garis test selama proses
pemeriksaan, sampel serum atau plasma bereksi dengan partikel yang ditutupi
dengan anti HBsAg antibodi, campuran tersebut akan meresap sepanjang membrane
kromatografi dengan anti HBsAg, anti pada membrane dan menghasilkan suatu hasil
posotif pada daerah test, jika tidak menghasilkan garis yang berwarna pada
daerah test menunjukan hasil yang negatif.
- Alat dan Bahan
- Tabung reaksi
- Serum
- Strip HBsAg atau strip ACON
- ANALITIK
Cara kerja
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Siapkan serum dalam tabung reaksi
- Keluarkan strip HBsAg dari kemasannya
- Celupkan kedalam seru, biarkan selama 15 menit
- Amati hasil test yang terjadi
- PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
- Positif (+) : terdapat 2 garis pada daerah control dan test
- Invalid : tidak terjadi garis merah pada control test
- Negatif (-) : terdapat satu garis pada kontrol
Negatif ( -) posotf (+)
invalif
H
B
S
A
G
|
T
|
- PEMERIKSAAN ANTI HCV
- PRA ANALITIK
Judul : Pemeriksaan anti HCV
Metode : Imunokromatografi
Tujuan : Untuk mengetahui
adanya virus hepatitis C dalam serum
Dasar teori : Tes human anti
HCV lgG antibody dikembangkan untuk mendeteksi sirkulasi anti HCV lgG antibody
dinyatakan sebagai petunjuk infeksi hepatitis C virus, tes ini berdasarkan
prinsip yang menggunakan rekombinan HCV protein sebagai viral antigen. Pada
langkah pertama anti HCV lgG dalam specimen bila ada akan terikat pada protein
rekombin;an HCV yang dilabel pada permukaan sumur microtitir.
Setelah inkubasi bagian specimen yang tidak terikat akan dipisahkan melalui
pencucian, pada pencucian ke dua anti human lgG konjugat ditambahkan akan
mengikat antibody spesifik manusia anti HCV lgG pada permukaan sumur akan
membentuk sandwich complex.
Alat dan bahan :
- Pipet tetes
- Strip Anti HCV
- Tabung reaksi
- Serum sampel
- Reagen HCV / buffer HCV
- ANALITIK
Cara kerja :
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Tempatkan kemasan strip pada temperature ruangan sebelum dibaca
- Siapkan serum dalam tabung reaksi kemudian diambil kurang lebih satu tetes serum, lalu masukan strip HCV setelah itu masukan buffer HCV kurang lebih 2 tetes.
- Tunggu sampai muncul garis merah pada strip
- PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil :
- (+) : terdapat 2 garis pada daerah control dan tes
- (-) : terbentuk satu garis pada daerah control
- Invalid : tidak terdapat garis pada daerah control dan tes
- PEMERIKSAAN ANTI HBs
- PRA ANALITIK
Judul : pemeriksaan anti HBs
Metode : imunokromatografi
Tujuan : untuk mengetahui
adanya antibody dalam serum.
Prinsip : serum diteteskan
kedalam wadah dan reaksi yang terjadi akan memberikan hasil dengan tanda garis
Dasar teori : viral hepatitis
adalah penyakit infeksi yang umumnya seing disebabkan oleh virus hepatitis B
(HBV) yang menjangkit hampir 5% dari populasi dunia dengan beberapa variasi
setempat, penyakit ini dapat timbul tanpa gejala, akut(dengan kasus berat dan
kematian) atau hepatitis kronik yang akan memburuk ke erisis dan atau
hepatocalullar carcinoma dan kematian. Penyakit ini biasanya ditularkan melalui
pertikaran cairan tubuh antara seseorang yang sehat dengan orang yang sakit.
Alat dan Bahan :
- Strip anti HBs
- Tabung reaksi
- Tips
- Tissue
- Serum
- ANALITIK
Cara kerja :
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Darah dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit
- Buka strip anti HBs dari kemasannya
- Celupka strip tersebut kedalam tabung yang berisi serum
- Biarkan selama 15 menit , angkat dan baca hasilnya
- PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil :
- (+) : terdapat 2 garis pada daerah control dan tes
- (-) : hanya terdapat 1 garis pada daerah control
- Invalid : tidak terdapat garis pada daerah control dan tes
- PEMERIKSAAN ANTI HAV
- PRA ANALITIK
Metode : manual / semi
autometik dan autometik
Prinsip : enzim immunoassay
yang berdasarkan pada prinsip pengikatan antibody untuk mendeteksi antibody
virus hepatitis A
Alat dan Bahan :
- Alat
- Cara manual/ semi autometik
- Rak dan tabung reaksi yang dilengkapi adhesive foil
- Instrument cobas EIA : incubato, washer , fotometer (λ 450 nm)
- Pipet volumetric
- Dispenser manic-manik.
- Cara autometik
- Instrument cobas corer
- Rak dan tabung mikro
- Tabung volumetric
- Bahan
- Sampel : serum/plasma 500 ul
- Manik-manik dengan kompleks anti-HAV dan HAV antigen
- Konyugat anti HAV
- Control negative
- Control positif
- Larutan pengencer
- Asam sulfat 5%
- Aquadest
- ANALITIK
Cara kerja:
- Cara manual/semi automatic
- Siapkan empat tabung reaksi masing-masing reagen blanko (RB),negetif control (NC),positif control (PC), dan sampel (S).Masing-masing diberi label.
- Pada tabung NC,PC,dan S masing-masing diisi samel sebanyak 50ul.
- Kemudian tambahkan konyugat anti HAV sebanyak 25 ul pada ketiga tabung tadi
- Tambahkan pengencer sebanyak 250 ul pada tabung NC, PC, dan S. serta tambahkan manik-manik masing-masing 1ul
- Tutplah tabung dengan seld adhesive foil dan inkubasi selama 15 menit pada suhu 370C dengan pengocokan permanen (hindari dari sinar terang). Kemudian dicuci dengan aquadest (washer EIA)
- Kemudian tambahkan konyugat anti HAV sebanyak 250ul kedalam ketiga tabung tersebut.
- Tutup kemudian inkubasi selama 30 menit pada suhu 370C kemudian dicuci lagi dengan washer EIA
- Tambahkan larutan kerja TBM kedalam tabung RB ,NC, PC, dan S sebanyak 250ul.
- Tambahkan sebanyak 1ul asam sulfat 5% kedalam masing-masing tabung kemudian baca fotometer dengan λ 450 nm.
- Cara autometik
- Masukkan 500 ul serum penderita kedalam tabung mikro.
- Letakkan tabung mikro pada tempatnya di cobas core.
- Tekan tombol anti HAV Cobas Core (jalankan sesuai prosedur).
- Hasil secara autometik,berupa lembar print out.
- PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
Sampel dengan absorbansi dibawah gray zone (nilai cut off-10%)dinyatakan
sebagai negative. Sampel didaerah gray zone , tes harus diulangi, tanda +/-
akan tercetak dikertas. Hasil diatas gray zone dinyatakan positif
HIV / AIDS
- IMUNOASSAY UNTUK PENYAKIT INFEKSI / AIDS
HIV adalah
singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat penyebab AIDS
dengan cara menyerang sel darah putih yang bersama sel CD4 sehingga dapat
nerusak system kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan
dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV
menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak virus HIV baru
kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat
diperlukan untuk system kekebalan tubuh. Tampa kekebalan tunuh maka ketika
diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah
kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa.
Istilah HIV
telah digunakan sejak 1986 (coffin et al.,1986) sebagai nama untuk retrovirus
yan diususlkan pertama kali sebagai penyebab AIDS oleh Luc Montegnier dari
Prancis, yang awalnya menamakannya LAV (Lymphadenopathy Associated Virus) adan
oleh Robert Gallo dari AS, yang awalnya menamakannya HTLV-III ( Human T Lymphotropic
Virus Type III ).
AIDS adalah
singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau
efek dari perkembangbiakan virus hiv dalam tubuh mahluk hidup. Virus HIV
membuuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat
berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya system
kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel darah putih yang banyak
dirusak oleh Virus HIV.
Ketika kita
terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS
dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang
mematikan. Seseprang dapat menjadi HIV positf. Saat ini tidak ada obat, serum
maupun vaksin yang dpat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit
AIDS.
HIV adalah
anggota dari genus Lentivirus, bagian dari keluarga retrovididae yang ditandai
dengan periode latensi yang panjang dan sebuah sampul lipid dari sel host awal
yang mengelilingi sebuah pusat protein/RNA. Dua spesies HIV menginfeksi
manusia: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 adalah yang lebih”virulen” dan lebih mudah
menular dan merupakan sumber dari kebanyakan infeksi HIV di seluruh dunia.
HIV-1 telah berevolusi dari sebuah simian immunodeficiency virus (SIVcpz) yang
ditemukan dalam sub-spesies simpanse, pan troglodyte. HIV-1 memiliki 3 kelompok
atau grup yang telah berhasil didentifikasi berdasarkan perbedaan pada
envelope-nya yaitu M,N dan O. Kelompok M yang paling besar prevalensinya dan
dibagi ke dalam 8 sub type berdasarkan seluruh genumnya, yang masing-masing
berbeda secara geografis. Sub type yang paling besar prevalensinya adalah sub
type B (banyak ditemukan di Asia dan Afrika), type sub A dan D (banyak di
temukan di Afrika) dan C (banyak ditemukan di Afrika dan Asia). Sub type ini
merupakan bagian dari kelompok M dari HIV-1. Koinfeksi dengan sub type yang
berbeda meningkatkan sirkulasi bentuk rekombinan(CRFs).
Sedangkan
HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika Barat. Kedua spesies berawal di
Afrika Barat dan Tengah berpindah dari spesies primate ke manusia dalam sebuah
proses yang dikenal sebagai zoonosis.
Aspek
Virologi AIDS :
- Sifat virus HIV-1
- RNA VIRUS
- Termasuk kelompok retroviridae
- Terdapat 2 jenis : HIV 1 dan HIV II
- Core berbentuk silindris
- Memiliki envelop
- Memiliki enzim reverse Transcriptase, enzim-Integrase, protease dan RNAase.
- Memiliki Sembilan macam gen dan tiga regulatory gen
- Sifat virus HIV-2
- Peka terhadap jalan lahir atau Luka Lecet.
- Musnah pada pemaanasan 560C selama 10-20 menit, sedangkan Lyophilized virus musnah pada 600C (30 menit), musnah dengan cepat pada 1000C.
- Cepat mati dengan desinfektansia alcohol, fenol, iodium, chlorin.
- Tidak dapat menembus kulit yang utuh
- Cepat mati dengan desinfektansia, alcohol, phenol, iodium, chlorin dan lain-lain.
- Musnah dengan cepat pada 1000C.
- Tak dapat menembus kulit yang utuh
- Tahan lama dalam suhu kamar sampai beberapa hari dalam kedalam basah atau kering
- Masa inkubasi dapat mulai dari 6 bulan sampai lebih 6 tahun.
TES LABORATORIUM
- Pemeriksaan HIV
- PRA ANALITIK
Judul : pemeriksaan HIV
Metode : Imunokromatografi
Tujuan : Untuk Mengetahui Adanya Human Imuno Defisiensi
Virusnpada Serum Pasien
Prinsip : ultra rapid test device (serum/plasma) adalah
bersifat kualitatif selaputnya memiliki kekebalan dengan system antigen ganda
untuk mendeteksi antibody terhadap antibody HIV dalam serum atau plasma
DasarTeori : HIV adalah agen penyebab acquired
immunedefisiency syndrome (AIDS) virus ini berkembang lewat lapisan luar lipid
yang dibawah dari membrane sel inang. Beberapa virus gliko protein menepati
lapisan luar tersebut, setiap virus memiliki 2 salinan anti positif genomic
RNA. HIV 1 terisolasi dari pasien denan AIDS dan AIDS hubungan kompleks dan
dari orang sehat potensi resiko yang tinggi untuk mengembangkan AIDS. HIV 2
terisolasi dari pasien-pasien AIDS di afrika barat dan dari individu-individu
yang tidak memiliki gejala sero positif. Keduanya HIV 1 dan HIV 2 mndatangkan
suatu respon kekebalan. Pemeriksaan antibody HIV dalam serum atau plasma
merupakan cara yang umum yang lebih efisien untuk menentukan apakah seseorang
tak terlindungi dari HIV fan melindungi darah dan elemen-elemen yang dihasilkan
darah untuk HIV. Perbedaan dalam sifat-sifat biologis,aktifitas serologis, dan
deretan genom, HIV 1 dan 2 positif sera dapat diidentifikasi dengan menggunakan
tes serologis dasar HIV.
Alat dan Bahan
:
- Pipet tetes
- Strip HIV
- Tabung reaksi
- Serum
- Reagen HIV/Buffer HIV
- ANALITIK
Cara Kerja
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Pindahkan tes device dari kantung pembungkus dan gunakan sesegera mungkin. Hasil terbaik akan didapatkan jika pengujiannya dikerjakan dalam satu jam
- Tempatkan tes device pada permukaan yan bersih dan bermutu atau permukaan yang tinggi
- Pegeng penetes secara partikel teteskan 1 tetes serum/plasma (sekitar 25 ul), kemudian tanbahkan satu tetes larutan beffer sekitar 40 ul.
- Tunggu sampai garis merah terlihat. Hasil akan terbaca dalam 10 menit.
- PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
Intesitas dari warna merah garis daerah test (T)
akan berubah tergantung dari konsentrasi antibody HIV yang ada pada sampel.
Oleh k]arena itu adanya beberapa bayangan merah didaerah test dapat diperiksa
positif.
- Pemeriksaan HIV (Human Immunodeficiency Virus)
- PRA ANALITIK
Judul : pemeriksaan HIV
Metode : ELISA (Enzim-Linked Immunosorbent
Assay)
Tujuan : untuk melacak antigen gp 24.
Indikasi pemeriksaan.
- Diagnosis dini infeksi HIV pada neonates, dan orang yang seronegatif tetapi amat dicurigai terinfeksi HIV.
- Menentukan orang yang seropositif tetapi asimptomatik.
- Memantau hasil pengebotan dengan antivirus.
Prinsip :
prinsip dasar uji ELISA-Ag HIV adalah double antibody sandwich antiglobulin
(indirect sandwich) ELISA.
Alat dan Bahan
- Sampel
- Butiran polisteren yang dilapisi IgG anti-HIV manusia
- IgG anti-HIV poliklonal dari kelinci
- Goat antrabbit IgG berlabel horse-radish peroxidase
- PBS-T
- O-phenylenediamine dihydrochloride
- Sulfuric acid
- Klinipet dan tipsnya
- Incubator
- Timer
- ANALITIK
Prosedur kerja
- Sampel (200 ul) dicampur dengan butiran polisteren yang dilapisi IgG anti-HIV manusia, dan diinkubasikan selama semalam pada suhu ruangan.
- Setelah tahap pencucian, ditambahkan IgG anti-HIV poliklonal dari kelinci, dan diinkubasi selama 4 jam pada suhu 40 C.
- Setelah dicuci, untuk memisahkan bagian yang terikat dari yang bebas, di tambahkan goat antirabbit IgG berlabel horse-radish peroxidase, dan diinkubasi selama 2 jam pada suhu 240 C.
Setelah itu, beats dicuci dengan PBS-T
- Selanjutnya ditambahkan subtract O-phenylenediamine dihydrochloride, dan diinkubasikan selama 30 menit pada suhu ruangan. Reaksi dihentikan dengan penambahan 1 M sulfuric acid.
- Pembacaan dilakukan dengan microELISA reader pada 1.492 nm.
- PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
Kadar antigen dalam sampel ditentukan dengan
mengeluarkan absorban padakurva baku yang dibuat dari berbagai serum standar
yang mengandung antigen gp 24dengan konsentrasi yang diketahui
Catatan
- Kelemahan tes
Tes ini tidak mampu untuk menentukan antigen bila
terdapat titer antibodi terhadap p 24 yang tinggi sehingga membentuk kompleks
imun.
- Karakteristik tes
Menurut schochetman (1990), daya lacak uji
ELISA-Ag HIV terentang antara 50-100pg/ml antigen p 24 yang bebas (tak terikat
Ab).
DEMAM BERDARAH
DENGUE
- IMUNOASSAY UNTUK DEMAM BERDARAH DENGUE(DBD)
Demam berdarah dengue masih merupakan masalah kesehatan yang penting di
Indonesia, sebab prevalensinya maupun angka kematiannya tergolong tinggi.
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang termasuk virus Arbo.
Manifestasi klinis dari penyakit in I amat bervariasi, mulai dari penyakit
yang paling ringan , demam dengue (DF) ,demam berdarah dengue (DHF), dan dengue
shock syndrome (DSS).
Beratnya manisfestasi klinis dari penyakit dengue dipengaruhi baik factor
hostnya seperti ras, HLA, usia, dan sekresi sitokin dari monosit, dan sel T,
maupun oleh factor variasi.
Peningkatan IL-6 sejalan dengan peningkatan beratnya penyakit pada
penderita anak, dan dewasa, sedangkan peningkatan titer IL-1 β sejalan dengan
beratnya penyakit pada orang dewasa saja.
Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk A. aegypt atau A.
albopictus yang mengandung virus dengue.
Dalam rangka pemberantasan penyakit, di samping pemberantasan vektornya,
perlu dilakukan pencarian kasus. Untuk keperrluan pencarian kasus ini
diperlukan sarana diagnostic yang andal,dan praktis.
Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi klinis walaupun dapat memberi
pengarahan dalam menentukan diagnosis klinis, namun penggunaan sarana
seroimunodiagnostik akan memberikan andil dalam menentukan diagnosis pasti dari
penyakit.
Struktur
Antigen Virus Dengue
Virus dengue tergolong virus Arbo,dan termasuk dalam family virus Flavi
bersama-sama dengan virus japanase encephalitis.
Virus dengue terdiri dari 4 serotipe, yaitu DEN-1,DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Struktur antigen dari ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain,
namun antibody terhadap masing-masing serotype tidak dapat saling memberikan
perlindungan silang.
Serotype DEN-2 lebih sering menyebabkan DHF, dan DSS sedangkan DEN-3
biasanya memberikan gejL klinis yang ringan (DF) dibeberapa Negara Amerika
sebaiknya di Jakarta diduga serotype DEN-3 lebih berperan dalam terjadinya DHF.
Virus dengue mempunyai ukuran yang amat kecil ,diametnya sekitar 50 nm.
Struktur morfologinya relative sederhana ,terdiri dari beberapa protein E pada
selubung luarnya, protein C, dan M pada selubung dalamnya (kapsid),dan RNA
untai tunggal pada genomnya. Beberapa protein secara biologis penting karena
dapat bertindak sebagai hemalugtinin ataupun dapat juga mengaktifkan sel
limposit T sehingga menghasilkan sitokin, dan menyebabkan sitolisis dari sel
target atau merangsang sel limposit B untuk menjadi sel plasma, dan memproduksi
antibody.
RNA
genome dikode untuk 3 protein structural ,yaitu :
- Kapsid (C)
- Membrane (M),dan
- 7 protein nonstructural ,yaitu NS 1,NS 2a, NS 2b, NS3, NS 4a, NS 4b, dan NS 5
Immunopatogenesis
Demam Dengue
Target utama dari virus dengueadalah beberapa sel monosit atau makrofag.
Walaupun beberapa sel yang lain seperti sel Kupffer dari hepar dapat juga
terkena.
Diduga bahwa kebocoran kapiler pada DHF disebabkan oleh pelepasan sitokin
(IL-β, dan TNF- α) serta plasminogen activar inhibitor oleh monosit
(Chang dan Shaio,1994; Iyngkaran,1995), dan pelepasan IL-2,IFN-γ serta TNF-β
oleh limposit T yang teraktivitas oleh infeksi virus tersebut (Kurane let al.,
1989, dan Rothman et al.,1993).
Infeksi dengan virus dengue akan merangsang beberapa sel imunokompeten
untuk memproduksi antibody.
Antibody terhadap virus dengue dapat dibagi menjadi 2 kelompok:
- Neutralizing antibody; serotype-specific, dan crossreactive.
Antibody pertama yang dibentuk adalah neutralizing antibody yang dimulai
sejak hari kelima dari penyakit.
Titer
antibody ini mengikat amat cepat, lalu menurun secara lambat dalam waktu yang
lama, dan biasanya bertahan seumur hidup.
Neutralizing
antibody ini merupakan antibody yang spessifik.
- Non-neutralizing antibody
Di samping neutralizing antibody dibentuk juga antibody yang tidak dapat
menetralkan atau non-neutralizing antibody.
Anti-NS-1
atau Pre-M pada sel limposit T sitotoksis mengikat antigen dalam sel target,
dan menyebabkan sitolisis sel target yang tergantung pada adanya antibody
(ADCC= antibody dependent cell cytolysis).
Infeksin
sekunder pada penderita yang telah mempunyai non-neutralizing antibody akan
membangkitkan iimunisasi booster, dan menyebabkan peningkatan kadar abtibody
yang amat tinggi.
Anti-NS
1(serotype crossreactive)
Antibody ini akan berkaitan dengan virus yang memaparkan antigen dengue
pada permukaannya, dan membentuk kompleks virus-antibody yang akan mengktifkan
komplemen, sehingga menimbulkan sitolisis (CMC= complement mediated cytolysis),
dan mengeluarkan C 3a ,dan C 5a yang mengakibatkan kebocoran vaskuler
,merangsang agregasi trombosit,dan mengaktivasi proses koagulasi dengan segala
akibatnya seperti renjatan(DHF atau DSS) atau DIC.
Bayi kurang dari satu tahun(neonates) dapat menderita demam berdarah
dengue, dan sindroma renjatan dengue, walaupun infeksi baru pertama kali
terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tersebut telah mempunyai antibody
dalam darahnya yang didapatkan secara pasif dari ibunya melalui plasenta.
Menurut Guzman (1987) infeksi primer dengan virus dengue pada anak usia 1-3
tahun tidak menimbulkan DHF tau DSS di Cuba. Antibody yang terikat pada
partikel virus akan diikat oleh reseptor Fcy sel target , dan menyebabkan
peningkatan infeksi yang tergantung pada antibody (ADE= antibody dependent
enchancement). Akibatnya produksi sitokin dari sel target meningkat, dan
menyebabkan terjadinya DHF dan DSS.
Pada infeksi virus dengue primer, titer antibody meningkat perlahan-lahan,
dan mencapai suatu tingkatan dengan pola tertentu.
Sebaliknya pada infeksi sekunder dengan virus tersebut, antibody meningkat
cepat mencapai suatu titer yang amat tinggi, dan pada kondisi biasanya terjadi
reaksi dengan berbagai antigen virus flavi. Titer antibody yang biasanya hanya
dijumpai pada sera penderita yang mendapat infeksi sekunder.
Seperti halnya pada infeksi jasad renik yang lain, maka pada infeksi primer
dengan virus dengue kadar lgM akan meningkat lebih dahulu, dan mencapai kadar
yang lebih tinggi daripada lgM.
Sebaliknya pada infeksi sekunder, lgG akan timbul lebih cepat, dan dalam
kadar yang lebih tinggi daripada lgG.
Menurut beberapa peneliti,lgM anti-dengue dapat dipakai sebagai tolak ukur
untuk konfirmasi demam berdarah dengue terutama pada beberapa kasus fatal yang
hanya mungkin bias diperoleh serum tunggal untuk pemeriksaan. Menurut Samsi
titer lgG anti-dengue>1280 dengan cara emagglutibation inhibition test(HI)
timbul lebih cepat dengan kadar yang lebih tinggi daripada lgM, sesuai dengan
reaksi sekunder.sebaiknya titer lgG anti-dengue(tes HI)<640 timbulnya lebih
lambat,dan dalam kadar lebih rendah daripada lgM, lebih sesuai dengan reaksi primer.
TES
LABORATORIUM
- PEMERIKSAAN DENGUE
- PRA ANALITIK
Judul :
pemeriksaan dengue
Metode
: Imunokromatografi
Tujuan
: untuk mengetahui adanya virus Dengue dalam tubuh
Prinsip
: bilas antibody lgM dan lgG dari virus dengue dalam sampel akan ditemukan
secara spesifik oleh antibody anti human lgM dan lgG yang terikat pada membrane
netro selulosa sebagai fase padat, kemudian berikatan dengan anti dengue yang
telah membentuk kompleks dengan gold babelled anti dengue monokorald antibody
dan member warba pink pada garis test.
Alat dan bahan :
- Tabung reaksi
- Tees acon
- Serum
- ANALITIK
Cara
kerja :
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
- Teteskan serum atau plasma pada strip acon sebanyak 10 tetes
- Tambahkan larutan buffer sebanyak 3 tetes
- Baca hasil setelah 5-15 menit
- PASCA ANALITIK
Interpretasi
Hasil :
- Positif (+) : terrdapat2 garis warna pada daerah control dan test
- Negative (-) : hanya terbentuk satu garus pada daerah control
- Invalid : tidak terbentuk garis warna
Pembacaan Hasil :
M M M M
G G G G
C C C C
Dengue
primer Dengue sekunder Dengue sekunder Negative
(infeksi
primer) (infeksi Sekunder) diduga/tersangka
M M M M
G G G G
C C C C
Keterangan :
- Garis M = lgM
- Garis G = lgG
- Garis C = control
- Dinyatakan Batal bila tidak tampak garis control
NARKOBA
- IMUNOASSAY UNTUK PEMERIKSAAN NARKOBA
Narkoba
atau Narkotika dan obat terlarang lainnya, saat ini penggunaannya menjadi
masalah medis, hokum, social dan ekonomi di Negara maju maupun Negara
berkembang.
Penyalahgunaan
narkoba dari tahun ke tahun semakin meningkat Menurut UU RI Nomor 5 Tahun 1997
yang termasuk kelompok Psikotropika adalah Amfetamin dan derivatnya yaitu MA
(Methamfetamin) dan MDMA (Methylene-Dioxyy-Meth-Amvetamin). LSD ( Lysergic Acid
Diethylamide), obat tidur, anti depresi dan anti psikosis.
Dalam
UU RI Nomor 22 tahun 1997,Narkotika meliputi golongan Opiat(Morfin,
Heroin),golongan Kanabis(Ganja, Marijuana, Hahis) dan golongan
koka(Kokain/Coke/Crack).
Heroin
(Diacetyl Morphine) atau putau adalah analgesic dan narkotik golongan 1,
biasanya digunakan dengan cara suntikan,dihirup atau melalui oral.
Ganja
atau Marijuana/Hashis yang metabolitnya dalam urin sebagai THC (Tetra Hidro
Cannabinol) atau 11-nor-Ä- tetrahydrocannabinol-9-carboxylic acid (asam
karboksilat yang berkonjugasi yang berkonjugasi dengan asam Glukoronat),
merupakan jenis narkoba dari kelompok halusinogeen dan narkoba golongan 1.
Umumnya ganja digunakan melalui rokok.
Kokain
(ecgonine methyl ster-benzoylecgonine) adalah stimulat jenis narkotika golingan
1. Kokain dikomsumsi melalui suntikan, dihirup dan dimasukkan dalam rokok.
Amfetamin
dan derivatnya yaitu MA (dikenal sebagai shabu-shabu)dan MDMA (sebagai ekstansi/inex)
termasuk golongan psiko-stimulansia. MDMA biasanya dikomsumsi melalui oral
sedangkan MA digunakan secara suntikan, dihirup dan dicampur dengan tembakau
rokok kemudian dihisap.
Melalui
sirkulasi darah, zat narkoba akan dibawa ke otak, hati, ginjal, dan organ
lainnya, kemudian mengalami metabolism serta melalui ginjal dieksresi dan
dikeluarkan melalui urin. Efek dari zat narkoba dapat mempengaruhi susunan
saraf pusat dan merusak organ-organ dalam tubuh.
Heroin,
Ginjal, Kokain, dan A, fetamin tidak digunakan dalam ilmu kedokteran melainkan
sebagai designed substrance yaitu sengaja dibuat untuk tujuan
bersenang-senang.
Golongan
Opiat dan Amfetamin masih dapat dideteksi dalam urin 1 sampai 4 hari setelah
penggunaan obat. Golongan kokain dalam 1 sampai 3 hati. THC masih dapat
dideteksi dalam urin 2-7 hari setelah penggunaan obat. Bahkan dalam urin
pecandu berat, THC masih dapat dideteksi 46-77 hari setelah penggunaan obat.
Zat
narkoba dapat dideteksi dalam darah atau serum,urin dan cairan tubuh.
TES
LABORATORIUM
- PEMERIKSAAN TEST NARKOBA
- PRA ANALITIK
Judul :
pemeriksaan Test Narkoba
Metode
: Imunokromatografi
Tujuan
: untuk mengetahui ada tidaknya narkoba pada pasien
Prinsip
: berdasarkan prinsip pemeriksaan Imunokromatografi methamphetamine akan
terbentuk garis merah jika terdapat narkoba jenis mertham pethamin
Dasar
Teori : berdasarkan reaksi imunokromatografi di mana urine yang mengandung
narkoba berkaitan dengan obatconjugate untuk mengikat antibody dalam strip.
Urine yang mengandung obat(narkoba) akan memberikan satu garis warna pada
strip, sedangkan urine yang tidak mengandung narkoba akan memberikan 2 garis
warna pada strip.
Alat
dan Bahan :
- Strip test narkoba
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
- Timer
- Urine
- ANALITIKC
Cara
kerja:
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Pipet sebanyak 100ul dalam tabung reaksi
- Celupkan strip kedalam tabung tersebut yang berisi urine
- Keluarkan kemudian baca hasilnya.
- PASCA ANALITIK
Interpretasi
Hasil :
- Positif : jika terbantuk satu garis
- Negative : jika terbentuk 2 garis
- Invalid : tidak terbentuk garis warna pada control dan test
TES KEHAMILAN
- IMUNOASSAY UNTUK TES KEHAMILAN
Plasenta memiliki kapasitas besar untuk
menhasilkan sejumlah hormone peptide dan steroid yang esensial untuk memelihara
kehamilan. Hormone yang terpenting adalah Human Chorionic Gonodotropin,
estrogen dan progresteron. Plasenta sebagai organ endokrin utama pada
kehamilan, bersifat untuk dibandingkan dengan jaringan endokrin lain dalam dua
aspek. Jenis dan kecepatan sekresi hormon plasenta terutama bergantung pada
stadium kehamilan.
Salah satu kejadian pertama setelah implamantasi
adalah sekresi (HCG), suatu hormone peptide yang terjadi yang memperpanjang
lama kehidupan korpus luteum oleh krion yang sedang berkembang. Jika terjadi
fertilisasi, blastokista yang tertanam menyelamatkan dirinya dan tidak tersapu
keluar bersama darah haid dengan membuat HCG. stimulasi oleh HCG diperlukan
untuk memelihara korpus luteum selama fase luteal normal pada siklus ovarium,
tertekan akibat umpan balik negative oleh progresteron kadar tinggi.
Kelangsungan kehamilan secara normal bergantung pada kadar estrogen dan
progreson yang tinggi. Dengan demikian pembentukan HCG selama trimester pertama
sangat penting unutk mempertahankan pembentukan hormone-hormon tersebut oleh
ovarium. Pada janin laki-laki, HCG juga merangsang prekursor sel-sel leyding di
testis janin untuk mengeluarkan testoteron yang menyebabkan maskulinisasi
saluran reproduksi.
Hormone HCG dapat dideteksi diurin sampai sedini
bulan pertama kehamilan, sekitar 2 minggu setelah terlambat haid, karena waktu
ini adalah saat keaga mudiga belum dapat dideteksi dengan pemeriksaan fisik,
uji diagnostik ini memungkinkan konfirmasi kehamilan secara dini.
- TES LABORATORIUM
- PEMERIKSAAN PLANO TES
- PRA ANALITIK
Judul : pemeriksaan plano test
Metode : imunokromatografi
Tujuan : HCG merupakan suatu tahap tes yang
menggunakan urine secara imunokromatografi untuk mendeteksi adanya human
karionik gonadotropin dalam urine dan juga mendeteksi adanya kehamilan
Dasar teori : HCG (hormone charionoc Gonadotronpin)
merupakan hormone yang dihasilkan oleh plasenta yang mencapai puncaknya pada 8
minggu kehamilan kemudian untuk kembali keminggu-mingu berikutnya hormone ini
adalah hormone yang disekresi oleh sel-sel troboflas kedalam cairan ibu Negara
setelah nidasi terjadi. HCG dalam urin dapat digunakan untuk penentuan
kehamilan dengan cara sederhana penentuan kehamilan dengan menggunkan urin
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara biologis dan cara
immunologic. Percobaan biologic dengan 3 cara yaitu cara ascheim zondek,
cara friendam, dan caragali mainini. Sedangkan pemeriksaan
secara imunologic dapat dilakukan secara langsung dengan cara direct latex
aglutination (DLA) atau cara tidak langsung dengan latex aglutination
inhibitor serta dengan cara hemaglutination inhibitiom (HAI).
- Alat dan Bahan
- Tabung reaksi
- Test strip
- Urine
- ANALITIK
Cara kerja :
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- celupkan strip kedalam urine selama 10-15 detik
- keluarkan kemudian baca hasilnya setelah 3 detik
- PASCA ANALITIK
Iterpretasi Hasil :
- Positif : jika ada dua garis pada daerah control dan test
- Negatif : jika terdapat satu garis pada daerah control
- Pemeriksaan HCG
- PRA ANALITTIK
Metode : langsung
Prinsip : HCG yang terdapat dalam urine bereaksi dengan
anti HCG yang terikat pada partikel latex. Reaksi ini ditunjukan dengan adanya
aglutinasi pada partikel latex.
Alat dan Bahan
- Slide
- Klinipet
- Urine
- kontrol positif
- kontrol negatif
- Reagen latex
- Batang pengaduk
- ANALITIK
Cara kerja
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Pipet pada tempat berbeda sampel urine sebanyak 1 tetes (3 tempat)
- Tambahkan masing-masing 1 tetes control positif, control negatif dan reagen latex
- Campur dengan batang pengaduk yang berbeda
- Amati reaksi yang terjadi
- PASCA ANALITIK
Interpretasi hasil :
- Positif : Terjadi aglutinasi
- Negatif : Tidak terjadi aglutinasi
TES GOLONGAN DARAH
- IMUNOASSAY UNTUK TES GOLONGAN DARAH
Darah adalah suatu suspensi yang terdiri atas
plasma dan sel-sel darah. Antigen (aglutinogen) olongan darah rerikat pada sel
darah merah sedangkan antibodi (aglutinin) terdapat salam plasma darah. Sifat
golongan drah adalah diturunkan, terikat somatic kromosom dan bersifat abadi
(kebakaan).
Baik antigen maupun antibodi dari golobgab darah
terdapat dalam darah kita dalam bentuk ketidak sesuaian. Pada golongan darah
system ABO dibagi menjadi 4 golongan darah yaitu A, B, AB dan O. golongan A
terdapat antigen A dan anti B; golongan B terdapat antigen B dan anti A;
golongan AB terdapat antigen AB dan tidak terdapat antibody ; golongan O tidak
terdapat antigen dan terdapt anti-A dan anti-B.
TES LABORATORIUM
- PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH
- PRA ANALITIK
Judul : pemeriksaan golongan darah
Metode : Aglutinasi
Tujuan : untuk
menentukan golongan darah seseorang dengan mereaksikan antibodi yang terdapat
dalam serum dan antigen A,B,AB dan O dalam reagen.
Prinsip :
Antigen pada darah akan bereaksi dengan antisera pada reagen yang akan
menimbulkan aglutinasi.
Alat dan Bahan
- Objek gelas
- Blood lancet
- Darah kapiler dan darah vena
- Serum anti A
- Serum anti B
- Serum anti AB
- ANALITIK
Prosedur kerja
- Jari pasien yang akan ditusuk didesinfeksi dengan alcohol 70%
- Di tusuk denan lancet, tetesan pertama dihapus dengan kapas kering, tetsan kedua selanjutnya ditaruh diobjek glass dengan 3 bagian.
- Kemudian ditetesi dengan anti sera A, anti sera B, anti sera AB.
- Dicampur dengan baik kemudian digoyang-goyangkan.
- PASCA ANALITIK
- Pembacaan hasil
- Apabila terjadi antigulasi pada anti serum A.
---------- golongan darah A
- Apalagi terjadi antigulasi pada anti serum B
----------golongan darah B.
- Apabila terjadi antigulasi pada anti serum AB.
------------golongan darah AB.
- Apabila terjadi antigulasi pada serum A,B,AB.
-------------Golongan darah O.
DAFTAR PUSTAKA
Handojo,
Indo. 2004. Imunoassay Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi. Surabaya:
Airlangga University Press.
Hardjoeno.
2007. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diaggnostik. Cet 5. Makassar :
Hasanuddin University Press.
Manaba
Faizin. 2001. Buku Ajar Patologi Umum. Edisi IV .Makassar
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking